
Sumber : Study Finds (Studio 9dream di Shutterstock)
Jakarta, tvrijakartanews - Penelitian terbaru mengungkap peran signifikan komunitas bakteri dalam usus manusia yang selama ini dianggap sebagai "sekutu senyap" dalam sistem pencernaan. Bakteri ini memecah serat makanan menjadi senyawa-senyawa penting seperti asam lemak rantai pendek, termasuk propionat dan butirat. Kedua senyawa ini ternyata lebih dari
sekadar produk metabolisme, mereka bertindak sebagai pembawa pesan molekuler yang memengaruhi cara DNA kita dikemas dan diatur.
Kedua senyawa ini berfungsi sebagai pembawa pesan molekuler yang menghubungkan makanan, mikrobiota usus, dan pengemasan DNA dalam tubuh manusia. Proses metabolisme mikroba yang mengubah serat makanan menjadi asam lemak rantai pendek terbukti mempengaruhi berbagai proses biologis yang vital bagi kesehatan.
Dilansir dari Study Finds, para tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Stanford menemukan bahwa asam lemak propionat dan butirat memiliki peran penting dalam mengatur DNA manusia. Temuan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana kanker kolorektal dapat berkembang dan diatasi melalui mekanisme genetik.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa kedua asam lemak ini bertindak sebagai "saklar molekuler" dengan menempel pada protein histon yang membungkus DNA. Mekanisme ini memengaruhi gen mana yang aktif atau tidak dalam sel, yang berkontribusi langsung pada regulasi genetik, terutama dalam konteks kanker kolorektal.
“Kami menemukan hubungan langsung antara mengkonsumsi serat dan modulasi fungsi gen yang memiliki efek antikanker , dan kami pikir ini kemungkinan merupakan mekanisme global karena asam lemak rantai pendek yang dihasilkan dari pencernaan serat dapat menyebar ke seluruh tubuh. Umumnya, pola makan orang-orang sangat miskin serat, dan itu berarti mikrobioma mereka tidak tercukupi dengan baik dan tidak dapat menghasilkan asam lemak rantai pendek sebanyak yang seharusnya. Ini tidak baik bagi kesehatan kita.” kata rekan penulis studi Dr. Michael Snyder.
Para peneliti mengungkapkan peran penting senyawa yang dihasilkan dari serat makanan, seperti propionat dan butirat, dalam memengaruhi aktivitas gen di sel usus besar. Dengan teknik molekuler canggih, tim ilmuwan berhasil memetakan lokasi modifikasi asam lemak pada genom sel usus besar yang sehat dan sel kanker.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada sel sehat, senyawa tersebut membantu mempertahankan pola ekspresi gen yang normal, seperti yang terlibat dalam pertumbuhan sel, diferensiasi, dan transportasi ion. Sebaliknya, pada sel kanker kolorektal, senyawa ini justru mengganggu pola aktivasi gen abnormal yang mendukung pertumbuhan kanker.
Penemuan ini mendukung bukti bahwa konsumsi serat makanan yang tinggi dapat menurunkan risiko kanker kolorektal. Serat makanan diketahui menghasilkan senyawa bermanfaat seperti propionat dan butirat selama proses fermentasi di usus besar, yang berperan dalam menjaga kesehatan usus dan mencegah perkembangan kanker.
Penelitian yang awalnya dilakukan pada kultur sel di laboratorium, tetapi untuk memvalidasi hasil tersebut, para ilmuwan mengujinya pada tikus yang diberi makanan berserat tinggi. Hasilnya menunjukkan pola modifikasi histon yang sama pada jaringan usus tikus, yang menguatkan bahwa pola makan memiliki peran langsung dalam pengaturan genetik melalui metabolit bakteri usus.
Hal ini memperlihatkan hubungan erat antara pola makan, mikrobiota usus, dan regulasi gen. Bakteri usus, yang mengolah serat makanan, memproduksi senyawa yang mempengaruhi ekspresi gen, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Bagi masyarakat, temuan ini menjadi pengingat penting untuk menjaga pola makan kaya serat. Selain membantu pergerakan usus secara mekanis, serat juga bekerja melalui mekanisme molekuler yang canggih. Dengan bukti ini, konsumsi serat makanan dapat menjadi langkah preventif untuk menjaga kesehatan, termasuk kesehatan usus besar.
“Dengan mengidentifikasi target gen dari molekul-molekul penting ini, kita dapat memahami bagaimana serat memberikan efek menguntungkannya dan apa yang salah selama kanker,” kata Snyder yang dikutip dari Study Finds.
Penemuan ini menawarkan peluang untuk mengeksplorasi pendekatan terapeutik yang lebih inovatif. Namun, pemahaman mendalam mengenai mekanisme asam lemak dalam memodifikasi ekspresi gen menjadi kunci utama. Tanpa analisis yang lebih rinci, risiko munculnya generalisasi yang tidak akurat atau penerapan yang prematur dalam pengobatan kanker kolorektal dan gangguan kesehatan usus lainnya dapat meningkat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan untuk memastikan manfaat klinis yang nyata dan meminimalkan potensi efek samping dari strategi terapeutik berbasis temuan ini.
Pepatah lama "Anda adalah apa yang Anda makan" tampaknya tidak sekadar ungkapan, melainkan sebuah kenyataan biologis yang mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang kita konsumsi dapat mempengaruhi cara gen kita diatur, dengan mikroorganisme di usus kita berperan sebagai pengatur molekuler.(Meisy/Mita)