
Prof. Yos Sunitiyoso, S.T., M.Eng., Ph.D, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Kemdiktisaintek (kiri) dan Dr. Adhi Setyo Santoso, S.T., MBA. Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi President University (kanan) Dorong Hilirisasi Riset Lewat Program Ajakan Industri 2026. Foto : Ihwanul Muslimin
Bekasi, tvrijakartanews — Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi bersama President University menggelar Sosialisasi Program Ajakan Industri Tahun 2026 di Fablab Jababeka, Bekasi, Selasa (18/11). Program ini bertujuan memperkuat sinergi antara dunia akademik dan dunia industri untuk mempercepat hilirisasi riset serta mendorong lahirnya inovasi yang siap dimanfaatkan secara nyata.
Kegiatan dibuka oleh Yos Sunitiyoso, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, mewakili Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek, serta Dr. Adhi Setyo Santoso, Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi President University.
Dalam penyampaiannya, Yos menjelaskan bahwa inisiatif ini dirancang untuk menjembatani kebutuhan teknologi industri dengan hasil-hasil penelitian perguruan tinggi.
"Program Ajakan Industri ini kami lakukan untuk mempertemukan kebutuhan teknologi dari industri dengan hasil riset kampus. Industri bisa menyampaikan kebutuhan mereka, dan kami carikan penelitinya di seluruh Indonesia. Tujuannya agar riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi benar-benar dimanfaatkan oleh dunia usaha,” jelas Yos.
Program Ajakan Industri 2026 menghadirkan dua skema pendanaan: BOPTN Penelitian dan Dana Abadi Pendidikan LPDP, masing-masing menyediakan pendanaan hingga Rp 1,2 miliar per tahun per judul dengan durasi riset 1–3 tahun. Skema ini memberi keuntungan bagi industri karena risiko R&D dapat ditekan melalui kolaborasi dengan dosen dan peneliti kampus, sementara perusahaan dapat memperoleh prototipe, teknologi siap pakai, hingga lisensi produk.
Industri yang dapat mengikuti program mencakup perusahaan mikro, kecil, menengah, hingga perusahaan besar, termasuk BUMN dan BUMD. Syarat utama adalah memiliki kebutuhan teknologi atau solusi yang ingin dikembangkan bersama perguruan tinggi. Selain itu, industri diwajibkan memberikan kontribusi minimal 50% dari total dana riset, baik dalam bentuk dana tunai (in cash) maupun dukungan fasilitas (in kind).
Dari sisi perguruan tinggi, President University menegaskan kesiapan mereka untuk berkontribusi melalui riset-riset unggulan, terutama pada bidang kecerdasan buatan (AI). Wakil Rektor Dr. Adhi Setyo Santoso menyampaikan bahwa kampus tengah mengembangkan fokus pada AI for Manufacturing, AI for Supply Chain & Transportation, serta AI for Healthcare, yang dinilai memiliki urgensi tinggi dalam transformasi industri.
Program Ajakan Industri telah dilaksanakan di berbagai daerah sejak tahun sebelumnya. Tahun ini, Presiden University menjadi salah satu tuan rumah rangkaian sosialisasi, selain Jawa Tengah, Surabaya, Makassar, dan Batam. Melalui kegiatan ini, pemerintah berharap dapat memperluas kolaborasi riset yang relevan dengan kebutuhan industri, sekaligus meningkatkan daya saing sektor manufaktur nasional.
Program ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekosistem inovasi nasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi yang lebih terarah.

