oto: news scientist/Sebastian Kaulitzki (perpustakaan foto ilmu pengetahuan)
Jakarta, tvrijakartanews - Partikel nano yang dirancang untuk melepaskan antibiotik jauh di dalam paru-paru mengurangi peradangan dan meningkatkan fungsi paru-paru pada tikus dengan gejala penyakit paru obstruktif kronik. Mengirimkan obat ke paru-paru dengan nanopartikel yang dapat dihirup dapat membantu mengobati penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada tikus dengan tanda-tanda kondisi tersebut, pengobatan meningkatkan fungsi paru-paru dan mengurangi peradangan .
Dilansir dari news scientist edisi (07/02/2024), COPD menyebabkan saluran udara paru-paru menjadi semakin sempit dan kaku, menghambat aliran udara dan mencegah pembersihan lendir. Akibatnya, lendir menumpuk di paru-paru, menarik bakteri patogen yang semakin memperburuk penyakit. Lapisan lendir yang tebal ini juga memerangkap obat-obatan, sehingga sulit untuk mengobati infeksi.
Junliang Zhu di Universitas Soochow di Tiongkok dan rekan-rekannya mengembangkan nanopartikel yang dapat dihirup dan mampu menembus lendir untuk mengantarkan obat jauh ke dalam paru-paru. Para peneliti membuat nanopartikel berongga dari silika berpori, yang diisi dengan antibiotik yang disebut ceftazidime. Lapisan senyawa bermuatan negatif yang mengelilingi nanopartikel menyumbat pori-pori, mencegah kebocoran antibiotik. Muatan negatif ini juga membantu nanopartikel menembus lendir. Kemudian, sedikit keasaman pada lendir mengubah muatan cangkang dari negatif menjadi positif, membuka pori-pori dan melepaskan obat.
Selanjutnya, peneliti menggunakan semprotan yang dapat dihirup yang mengandung nanopartikel untuk mengobati infeksi bakteri paru-paru pada enam tikus dengan tanda-tanda COPD. Jumlah hewan yang sama hanya menerima antibiotik.
Dari hasil penelitian, rata-rata tikus yang diobati dengan nanopartikel memiliki sekitar 98 persen lebih sedikit bakteri patogen di dalam paru-parunya dibandingkan tikus yang hanya diberi antibiotik. Mereka juga memiliki lebih sedikit molekul inflamasi di paru-paru mereka dan menurunkan karbon dioksida dalam darah mereka, yang menunjukkan fungsi paru-paru yang lebih baik.
Sementara, Vincent Rotello dari Universitas Massachusetts Amherst, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, temuan tersebut menunjukkan bahwa nanopartikel dapat meningkatkan penyampaian obat pada orang dengan COPD atau kondisi paru-paru lainnya seperti fibrosis kistik di mana lendir yang kental menyulitkan pengobatan infeksi. Namun, tidak jelas apakah nanopartikel ini dapat dibersihkan melalui paru-paru.
“Jika Anda memiliki sistem pengiriman yang terus bertambah seiring berjalannya waktu, hal itu akan menjadi masalah,” katanya.