Studi baru Menemukan Alasan Bagaimana Manusia Bisa Bertahan Dari Sambaran Petir Langsung ke Kepala
Tekno & SainsHotNews
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: ifl science/ Oleg_Yakovlev(Shutterstock.com)

tvrijakartanews - Kemungkinan tersambar petir di AS pada tahun tertentu adalah sekitar 1 berbanding 1,2 juta. Menurut Layanan Cuaca Nasional AS, angka tersebut turun menjadi 1 dari 15.300 dalam jangka 80 tahun. Meskipun kemungkinannya kecil, seseorang mungkin ingin tahu bagaimana orang lain bisa selamat dari sambaran petir.

Melansir ifl science edisi (11/02/2024) berdasarkan penelitian baru, seseorang memiliki peluang untuk selamat dari sambaran petir langsung ke kepala jika kepala dalam kondisi basah. Tim tertarik dengan bukti orang-orang yang selamat dari sambaran petir langsung di kepala. Meskipun tingkat kelangsungan hidup lebih rendah dibandingkan orang-orang yang tersambar petir di tempat lain, orang-orang tampaknya masih selamat, dengan tingkat kelangsungan hidup keseluruhan dari sambaran petir adalah antara 70 dan 90%. Tim mempertanyakan apakah tingkat kelangsungan hidup yang tinggi mungkin disebabkan oleh air pada kulit manusia.

“Terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi, mungkin diasumsikan bahwa pembentukan flashover permukaan di seluruh tubuh manusia adalah penyebab relevan tentang bagaimana orang dapat bertahan hidup dari sambaran petir jika mereka tidak dapat masuk ke dalam rumah ketika guntur bergemuruh,” jelas tim tersebut dalam laporannya.

Tim menjelaskan, flashover permukaan didefinisikan sebagai jalur pelepasan di sepanjang kulit luar yang disebabkan oleh perbedaan tegangan tinggi antara titik masuk dan keluar arus di seluruh tubuh. Dalam kasus flashover permukaan fraksi arus petir tertinggi mengalir dalam saluran flashover di luar tubuh manusia dan hanya beberapa ampere di jaringan manusia seperti yang ditunjukkan oleh studi teoritis dan eksperimen phantom (alat peraga).

Meskipun flashover dapat membantu kelangsungan hidup, penelitian sebelumnya belum melihat bagaimana hujan dapat mempengaruhi pembentukannya, dan menciptakan “phantom” kepala manusia untuk mengujinya sendiri. Kedua kepala tersebut, berisi tiga lapisan yang mewakili kulit kepala, tengkorak, dan otak, dan terbuat dari bahan yang dimaksudkan untuk meniru jaringan manusia, masing-masing dikenakan 10 muatan listrik bertegangan tinggi satu saat kering, yang lainnya setelah disemprot dengan larutan yang sedikit asin.

Sebagian besar arus listrik antara 92 dan 97% mengalir melintasi permukaan luar kedua kepala phantom, namun tim menemukan perbedaan nyata dalam seberapa banyak arus yang menembus lapisan kepala. Meskipun jumlah muatan listrik yang lebih besar berhasil masuk ke lapisan kulit kepala pada kepala yang basah, lapisan otak menyerap arus listrik rata-rata 13% lebih rendah dan energi 33% lebih sedikit dibandingkan dengan kepala yang kering.

Studi yang dipublikasikan di Laporan Ilmiah ini mengatakan ada perbedaan signifikan dalam kerusakan pada phantom kepala manusia juga, dengan lebih banyak kerusakan terjadi pada dry head. Tim mencatat sejumlah keterbatasan dalam penelitian ini, termasuk tengkorak tidak ditutupi rambut (mungkin ini hanya berlaku pada orang botak ?) atau penutup kepala lainnya, dan sambaran petir yang sebenarnya akan menghasilkan amplitudo yang lebih tinggi. Meski demikian, hasilnya menarik dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

“Percobaan kami pada phantom kepala manusia memberikan bukti praktis mengenai efek yang dipostulatkan secara teoritis bahwa kulit yang basah karena hujan mungkin memiliki perilaku perlindungan sambaran petir yang lebih baik dibandingkan kulit kering. Kami memperkirakan efek serupa akan terjadi jika petir menyambar manusia saat terjadi hujan lebat dan badai petir," kata tim tersebut dalam diskusi mereka.