Apa itu Sindrom Sjogren? Mata atau Mulut Kering Menjadi Tanda Peringatan Serius
Tekno & SainsNewsHotAdvertisement
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: Sindrom Sjogren (© MQ-Illustrations - stock.adobe.com)

Jakarta, tvrijakartanews - Gangguan autoimun datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, mulai dari arthritis hingga multiple sclerosis. Namun, kondisi yang kurang dikenal sering kali dimulai dengan gejala yang sangat sederhana seperti mata kering atau mulut kering yang menjadi tanda-tanda sindrom Sjogren.

Melansir Study Finds, sindrom Sjogren yang disebut juga Sjögren’s Disease (SJD) adalah suatu kondisi yang mempengaruhi setiap individu secara berbeda. Ini berdampak pada berbagai organ dan memerlukan pendekatan perawatan yang berbeda. Penyakit Sjogren bermanifestasi sebagai kelainan autoimun yang terutama menyerang kelenjar sehat yang menghasilkan air mata dan air liur. Namun, jangkauannya dapat meluas ke berbagai organ, sehingga  menghadirkan spektrum tantangan yang menekankan kompleksitas kondisi dan perlunya perawatan yang dipersonalisasi.

Gejala Sjogren tidak hanya meliputi mata dan mulut kering, tetapi juga mencakup masalah neurologis seperti “kabut otak”, masalah pencernaan, nyeri sendi dan otot, dan manifestasi yang lebih parah seperti disfungsi organ dan peningkatan risiko limfoma. Variabilitas gejala ini menyoroti pentingnya pendekatan komprehensif terhadap diagnosis dan pengobatan.

Apa Penyebab Sindrom Sjogren?

Meskipun penyebab pasti penyakit Sjogren masih belum jelas, sifat autoimunnya menunjukkan adanya interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Sifat autoimun sendiri yaitu sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar penghasil kelembapan tubuh dan kemungkinan organ lain. Faktor risiko utama Sjogren termasuk jenis kelamin, usia  khususnya wanita berusia antara 40 dan 50 tahun yang berisiko lebih tinggi dan riwayat keluarga Sjogren atau kelainan autoimun lainnya. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk pengenalan dan intervensi dini, yang berpotensi memitigasi dampak penyakit ini.

Bagaimana Dokter Dapat Mendiagnosis Penyakit Ini?

Diagnosis Sjogren sulit dilakukan karena spektrum gejalanya yang luas dan dapat menyerupai kondisi lain. Kombinasi riwayat pasien, pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes khusus untuk kekeringan mata dan mulut sangat penting. Khususnya, proses diagnosis telah meningkat secara signifikan, dengan Sjogren's Foundation membantu mengurangi waktu untuk diagnosis yang tepat rata-rata 2,8 tahun.

Gejala Sjogren yang tumpang tindih dengan gejala penyakit autoimun lainnya mempersulit diagnosisnya. Hal ini menggarisbawahi perlunya penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan Sjogren dalam diagnosis banding ketika pasien datang dengan kumpulan gejala yang mengindikasikan aktivitas autoimun.

Perawatan untuk Sindrom Sjogren

Perawatan untuk Sjogren sangat individual, dengan fokus pada meringankan gejala tertentu dan mencegah komplikasi. Meskipun perubahan gaya hidup dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan, sebagian besar pasien pada akhirnya memerlukan obat resep untuk mengendalikan penyakit dan meminimalkan potensi komplikasi. Pengobatan yang digunakan untuk mengobati sindrom Sjogren mencakup beragam obat yang dapat mengatasi gejalanya:

  • NSAID ( Ibuprofen, Naproxen )
  • Kortikosteroid (Prednison)
  • DMARDs ( Hydroxychloroquine , Methotrexate , Azathioprine)
  • Biologis (Siklofosfamid, Rituximab):

Hidup dengan Sindrom Sjogren

Hidup dengan Penyakit Sjogren memerlukan adaptasi dan penanganan gejala secara proaktif. Dengan pendekatan pengobatan yang komprehensif dan individual, termasuk produk yang dijual bebas dan obat resep, individu dengan Sjogren dapat menjalani kehidupan yang memuaskan sekaligus mengelola kondisinya secara efektif.

Lebih lanjut, penyakit Sjogren menghadirkan tantangan yang kompleks, sehingga memerlukan pendekatan manajemen yang dipersonalisasi dan dinamis. Berbekal pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi ini, individu yang terkena dampak Sjogren dapat menjalani perjalanan perawatan kesehatan mereka dengan percaya diri, didukung oleh kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan yang menawarkan harapan untuk meningkatkan kualitas hidup.