
Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Siloam, dr. Ian Huang
Tangerang, tvrijakartanews - Sudah banyak penelitian yang menunjukan bahwa berpuasa memiliki efek yang baik untuk tubuh. Apalagi jika dibarengi konsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Salah satu efek yang banyak dirasakan adalah kadar gula darah, dan kolesterol menjadi normal. Hal ini lah yang kemudian disebut dengan autofagi.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Siloam, dr. Ian Huang mengungkapkan jika autofagi merupakan puncak dari manfaat puasa. Autofagi sendiri merupakan proses regenerasi dan pemeliharaan sel. Sel yang rusak akan diurai dan daur ulang oleh sel lain yang masih bagus untuk mengontrol kualitas sel dalam tubuh.
"Singkatnya sel yanh masih baik akan memakan sel yang sudah usang dan sudah rusak, kemudian didaur ulang agar menghasilkan sel yang baru," katanya.
Proses autofagi bekerja maksimal adalah saat tubuh kekurangan nutrisi, seperti misalnya saat berpuasa. Jika saat sahur dan berbuka mengkonsumsi makanan gizi seimbang, maka hal ini lah menjadi bahan cadangan yang akan digunakan oleh tubuh untuk menjadi energi. Saat kekurangan asupan oksigen dan makanan, secara otomatis sel akan bekerja untuk menyeleksi sel mana yang sudah usang dan didaur ulang.
"Saat berpuasa kita tidak dapat asupan apapun, tapi justru dengan itu sel tbuh punya kemampuan untuk menghilangkan sel yang sudah rusak, menggunakan cadangan makanan yang ada di dalam tubuh," lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) ini.
Autofagi ini lah yang kemudian membuat tubuh terasa lebih sehat dan juga lebih ringan usai berpuasa. Bahkan, banyak juga yang akhirnya meneruskan kebiasaan ini dengan melakukan intermittent fasting, yang memiliki pola makan persis seperti puasa Ramadan.
"Bahkan tren-nya itu kan intermittent fasting. Ada pula jenis puasa 1 hari berpuasa, besoknya libur, begitu seterusnya. Namun, saat Ramadan selama 1 bulan, tubuh berpuasa 13 sampai 16 jam, ini juga banyak sekali manfaatnya," ungkapnya.
Selain autofagi, berpuasa juga bisa berpengaruh pada kesehatan otak, yang mempengaruhi kognitif memori. Daya memori pada otak akan meningkat dan sel-sel di dalam otak juga bertumbuh. Hal ini juga baik untuk perkembangan hormon, sebab pada saat berpuasa asupan glukosa akan menurun.
"Untuk jantung juga bekerja dengan baik, karena berpuasa membuat kadar lemak di dalam jantung menurun. Penurunan kadar lemak membuat aliran darah menjadi lancar. Dengan lancarnya kerja jantung, maka sitem pencernaan pun lebih lancar bekerja,” tuturnya.
Dokter Ian pun berpesan agar efek baik yang telah didapat selama satu bulan berpuasa ini tidak hilang karena Ramadan usai. Kebiasaan makan yang baik tetap bisa diteruskan, bahkan bisa juga dibarengi dengan puasa selang seling.
"Kurangi asupan gorengan, tepung, ultra processed food, gula berlebih, bahan pengawet. Perbanyak asupan makan real food,"katanya.