Bagaimana Gajah Saling Menyapa? Berikut Penjelasan Studi
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: reuters

Jakarta, tvrijakartanews - Gajah, seperti halnya manusia, saling menyapa dengan berbagai cara. Mereka bisa melebarkan telinganya, memperlihatkan pantatnya, mengaum, atau bahkan buang air kecil.

Sebuah studi baru menemukan bahwa gerakan-gerakan ini berbeda-beda, bergantung pada faktor-faktor seperti jenis kelamin gajah atau apakah mereka saling memandang secara langsung.

"Gajah sangat menarik karena mereka terlihat seperti binatang besar yang bisa menghancurkanmu dalam hitungan detik. Namun ketika mereka saling menyentuh, mereka sangat berhati-hati dan lembut, dan mereka sangat saling mencintai. Itu sebabnya bagi saya, gajah itu istimewa," kata Vesta Eleuteri, ahli biologi kognitif dan perilaku hewan sekaligus memimpin penelitian tersebut dilansir dari reuters (15/5).

Penelitian tersebut didasarkan pada observasi sembilan gajah sabana Afrika di Cagar Alam Jafuta di Zimbabwe. Empat orang perempuan dan lima orang laki-laki. Hewan-hewan tersebut dipelihara semi penangkaran, yabg artinya bebas berkeliaran di siang hari dan disimpan di kandang pada malam hari.

Studi tersebut merinci sekitar 20 jenis isyarat yang ditampilkan saat memberi salam, beberapa dimaksudkan untuk dilihat, sementara yang lain untuk didengar.

“Mereka mengepakkan telinga, melebarkan telinga, dan meraih dengan belalainya.” Kami menemukan bahwa mereka menargetkan gerakan mereka pada penerimanya menggunakan gerakan visual saat penerima melihatnya, dan gerakan yang dapat didengar, atau gerakan yang melibatkan sentuhan. dengan penerima padahal sebenarnya tidak,” jelas Eleuteri.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Communications Biology ini menyebutkan, studi tersebut menemukan bahwa bau memainkan peran penting dalam sapaan.

“Mereka juga sering buang air besar, buang air kecil, dan mengeluarkan cairan kelenjar temporal, yang bisa jadi karena kegembiraan saat bertemu satu sama lain, tapi bisa juga karena gajah sangat mengandalkan penciuman. Jadi sekresi ini mungkin benar-benar menyampaikan beberapa informasi kepada pasangan yang menyapanya tentang siapa mereka, apakah mereka berada di kejauhan, tentang apa yang terjadi dengan mereka, betapa bersemangatnya mereka, atau bahkan keadaan seksual mereka di alam liar, khususnya," sebut Eleuteri.

Para peneliti mengatakan gajah hidup dalam masyarakat yang disebut 'fisi-fusi', di mana mereka sering berpisah dan bersatu kembali, bertemu setelah berjam-jam, berhari-hari, atau berbulan-bulan. Gajah jantan memiliki ikatan sosial yang lebih lemah, dan sapaan mereka mungkin bertujuan untuk meredakan kemungkinan interaksi yang bermusuhan.

Gajah jantan liar cenderung menyendiri, membentuk pergaulan longgar dengan gajah lain. Sedangkan gajah betina diketahui membentuk 'kelompok ikatan' satu sama lain. Penelitian sebelumnya di alam liar melaporkan bahwa ketika kelompok-kelompok ini bertemu, gajah melakukan upacara penyambutan yang rumit untuk memperkuat ikatan sosial mereka.

“Fakta bahwa mereka menyapa dengan cara yang begitu bersemangat bagi saya juga merupakan hal yang mengejutkan, karena mereka hanya berpisah selama sepuluh menit dan manusia tidak melakukan hal itu setelah sepuluh menit. Jadi bagi mereka, penting untuk bersama. Itu mengingatkan saya sisi baik manusia, karena mereka begitu berempati dan baik satu sama lain sehingga patut menjadi teladan bagi kita," jelas pemimpin studi tersebut.