Sejarawan Banten, Prof. Mufti Ali
Serang, tvrijakartanews - Hari Kelahiran Pancasila menjadi momentum dalam membangkitkan spirit kebangsaan yang memutuskan Banten bergabung dengan NKRI.
Konon, Banten menjadi benteng pertahanan dalam memegang teguh nilai-nilai Pancasila saat terjadi Agresi Militer II oleh kolonial Belanda pada 28 Desember 1949.
Sejarawan Banten, Prof Mufti Ali mengatakan, para pejuang di Banten menentang keras untuk mengakui adanya pemerintahan Belanda yang berpusat di Jakarta.
Hal itu menyebabkan wilayah Serang diduduki atau dikuasai oleh Belanda, demi menekan para tokoh di Banten melepaskan ikatan dengan Indonesia.
"Pancasila itu hari untuk kembali menghidupkan spirit kebangsaan di Banten yang mengambil pilihan bergabung dengan NKRI. Garis van mook karena Banten tidak mengakui pemerintahan Belanda di Jakarta pada Agresi Militer 2," katanya, Sabtu (1/6/2024).
Menurutnya, Pancasila menjadi pilihan ideologis tokoh-tokoh asal Banten untuk tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Kesepakatan suci, yang dipegang erat. Ketika ada yang memotong NKRI agar Banten terpisah, Banten melawan," tuturnya.
Apalagi, tokoh asal Banten yakni Abdul Fatah Hasan memberikan sumbangsih pemikiran dalam menggagas butir-butir Pancasila pada saat sidang BPUPKI.
"Kesepakatan bersama itu dilontarkan pada saat sidang BPUPKI yang diwakili oleh Abdul Fatah Hasan wakil dari Banten. Yang disampaikan di sidang BPUPKI sila yang 5 itu," ungkapnya.
Untuk memperkokoh nilai-nilai Pancasila di masa kini, generasi muda harus tetap mempertahankan musyawarah dan gotong royong.
"Musyawarah itu mencari kesepakatan melalui mekanisme duduk bersama dengan menghormati kearifan. Gotong royong memikul beban betapapun beratnya dilakukan bersama, terasa senasib sepenanggungan," jelasnya.