Spesies Kalajengking Baru Ditemukan di Lembah Magdalena Kolombia
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Gambar: Vova Shevchuk/Shutterstock.com

Jakarta, tvrijakartanews - Spesies yang memiliki bisa termasuk yang paling ganas di dunia hewan. Kini, ada anggota baru yang bergabung dalam kelompok mereka yakni seekor kalajengking dari Kolombia. Merupakan spesies kalajengking pertama yang menyemprotkan bisa di Amerika Selatan dan genusnya.

Spesies ini merupakan anggota ke-230 dari genus Tityus dan ditemukan di hutan hujan berdaun lebar Lembah Magdalena di Cundinamarca, Kolombia. Di sana, spesies ini tampaknya menghabiskan waktunya di lantai hutan, bukan di pohon seperti yang biasa dilakukan spesies lain di area yang sama.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana spesies ini menggunakan racunnya, peneliti Léo Laborieux merekam 46 denyut racun menggunakan kamera dengan kecepatan bingkai tinggi. Dalam melakukannya, penulis studi mengidentifikasi dua jenis pertahanan udara dalam hal penyemprotan, masing-masing dengan tingkat jangkauan dan tingkat racun yang berbeda.

Melansir IFL Science, dua jenis penyemprotan racun didefinisikan sebagai semprotan racun, yang terdiri dari satu tetesan yang diproyeksikan dalam jarak pendek, dan semprotan racun, yang lebih berkelanjutan. Dari semua penyemprotan racun dalam percobaan, 14 semprotan dan 24 semprotan digunakan oleh kalajengking.

Hasilnya juga menunjukkan bahwa seperti kalajengking lainnya, sekresi racun yang digunakan dalam percobaan berubah komposisinya setelah beberapa kali penyemprotan. Awalnya, racun pra-racun bening digunakan, lalu setelah sekitar lima kali penyemprotan, sekresinya menjadi putih dan buram. Jarak maksimum yang dicapai penyemprotan racun adalah sekitar 36 sentimeter (14 inci).

Membuat dan menciptakan racun membutuhkan banyak energi dari hewan dan biasanya hanya digunakan saat pemangsaan atau untuk membela diri. Hanya ada beberapa hewan yang mampu menyemprotkan racunnya dan hanya ada dua genus kalajengking.

"Kalajengking harus meningkatkan metabolisme mereka secara drastis untuk menghasilkan racun. Bagi mereka, ini seperti lari maraton. Dibutuhkan banyak upaya untuk melakukannya, tetapi mereka tidak pernah menggunakan racun sebanyak itu," kata ahli biologi evolusi Dr. Arie van der Meijden dari Institut CIBIO-InBIO di Portugal, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengutip IFL Science.

Lebih lanjut, percobaan ini hanya melibatkan kalajengking muda, jadi masih ada pertanyaan tentang apakah ada perbedaan dalam kedua taktik racun ini antara kalajengking sub-dewasa dan kalajengking dewasa. Laborieux juga berhipotesis bahwa membandingkan penyemprotan racun antara berbagai genus kalajengking penyemprot racun dapat meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi dan spesialisasinya dalam makhluk-makhluk ini.