Sekjen ASEAN Yakin Pergantian Presiden di Indonesia Tak Pengaruhi Kebijakan Kawasan
ASEANNewsHot

Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn

Jakarta, tvrijakartanews - Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn menyatakan perubahan presiden di Indonesia yang akan terjadi pada Oktober mendatang tak akan banyak mempengaruhi kebijakan di kawasan. Sebab, menurut dia, ASEAN memiliki piagam perjanjian dan dokumen kunci yang dijadikan tuntunan bagi para negara anggota dalam membuat dan menjalankan kebijakan.

"Jadi pemimpin di setiap negara anggota ASEAN mungkin akan terus berganti, tapi ASEAN akan bekerja secara konsisten dan melanjutkan posisinya saat ini. Itu lah mengapa, walaupun pemimpin berubah, negara anggota ASEAN bakal tetap melanjutkan aturan ASEAN yang sudah ada," ujar Kao dalam wawancara ekslusif bersama TVRI Jakarta News, yang dikutip Rabu, 13 Maret 2024.

Ia mencontohkan saat ASEAN akan menerima anggota baru, maka organisasi ini akan mengikuti prosedur, prinsip, hingga aturan yang sudah ada. Norma dan nilai tersebut, kata dia, sudah berjalan lebih dari 57 tahun sejak ASEAN berdiri.

Selain itu, ia yakin posisi Indonesia terhadap ASEAN juga tidak akan berubah walau ada pergantian presiden. Sebab, Indonesia memiliki sejarah yang sangat melekat dengan ASEAN.

"Indonesia adalah salah satu founding fathers of ASEAN. Jadi, saya yakin Indonesia akan tetap melanjutkan dukungannya terhadap ASEAN secara menyeluruh, walaupun ada penggantian pemimpin," kata Kao.

Dukungan ASEAN untuk Indonesia di Sektor Ekonomi

Dalam wawancara tersebut, Kao juga menyinggung soal dukungan ekonomi yang diberikan oleh ASEAN untuk Indonesia. Contohnya, kata dia, melalui kebijakan free trade area untuk sesama negara anggota ASEAN, saling mempromosikan perdagangan di kawasan, hingga kebijakan peniadaan visa bagi masyarakat negara anggota yang mau bepergian di kawasan.

Lebih lanjut, Kao juga menyinggung soal pemerintah Indonesia yang kini tengah berusaha menaikan profil sebagai negara pengembang ekosistem kendaraan listrik. Menurut dia, ASEAN dapat berkontribusi dengan menarik lebih banyak investor dari luar Asia, seperti Amerika hingga Uni Eropa.

Kao mengungkapkan salah satu aset ASEAN yang menjadi daya tarik bagi para investor adalah jumlah populasinya yang mencapai 671 orang. Dengan angka tersebut, kawasan ASEAN berada di urutan ketiga setelah Cina dan India dengan populasi terbesar. Jumlah itu, kata dia, membuat para investor melihat ASEAN sebagai pasar yang potensial.

"Untuk Indonesia saya rasa akan memiliki kesempatan yang lebih besar, karena jumlah populasi di Indonesia yang signifikan. Populasi Indonesia mungkin akan mencapai 300 juta," kata dia.

"Jadi itu sangat kritikal, angka yang sangat besar. Itu lah mengapa Indonesia bisa mengambil keuntungan dari jumlah tersebut dan menjadi alasan banyak investor tertarik berinvestasi di kawasan ASEAN," tutup Kao.