Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Tangkap layar akun YouTube Kemenkeu)
Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Keuangan tengah mengantisipasi disrupsi atau hambatan perdagangan global seiring dengan komitmen presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif bea masuk sebesar 100 persen tarif bea masuk dan pajak yang lebih tinggi untuk China, Kanada dan Meksiko. Sementara itu, tarif 60 persen akan dikenakan kepada China.
"Jadi instrumen keuangan terutama perdagangan tarif itu menjadi instrumen proxy dari persaingan dan ketegangan politik maupun kemanan global. Ini pasti berdampak langsung ke ekonomi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangannya di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Sri Mulyani menambahkan kebijakan Trump akan dianggap bullish bagi pasar keuangan. Ini memicu kenaikan pasar saham di AS. Sementara itu, pasar obligasi juga meningkat seiring utang AS yang naik.
"Kondisi ini tentu membuat yield atau imbal hasil US Treasury meroket. Kita harapannya saham naik yeild turun tapi karena defisit fiskal meningkat yield US Treasury naik ini mempengaruhi keseluruhan dunia," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan menjatuhkan China, Meksiko, dan Kanada dengan tarif baru pada hari pertama masa jabatannya sebagai presiden pada Januari 2025 mendatang. Keputusan ini dilakukan sebagai upaya untuk menindak tegas imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba ke AS.
Trump mengatakan bahwa segera setelah pelantikannya pada 20 Januari, ia akan menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif sebesar 25% pada semua barang yang berasal dari Meksiko dan Kanada.
Ia juga mengatakan tarif tambahan sebesar 10% akan dikenakan pada China hingga pemerintah di sana memblokir penyelundupan opioid sintetis fentanil dari negara tersebut.
Jika Trump menindaklanjuti ancaman tersebut, hal itu akan menandai peningkatan ketegangan yang besar dengan tiga mitra dagang terbesar Amerika.