Kemenperin Dorong Industri Rumput Laut, Prioritaskan Produk Turunan Bernilai Ekspor
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ilustrasi produk olahan rumput laut. (Freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat hilirisasi rumput laut untuk menghasilkan produk lanjutan berupa keragenan dan agar-agar yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sebab, ekspor hasil industry laut domestik masih didominasi oleh rumput laut kering yang merupakan bahan baku.

"Saat ini lebih banyak yang di ekspor itu dalam bentuk bahan baku, yaitu rumput laut kering dan semi alkali. Hilirisasi arahnya bagaimana kita masuk ke banyak pengolahan keragenan dan agar-agar," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Putu menambahkan pihaknya mencatat diversifikasi produk melalui hilirisasi industri rumput laut membantu untuk mewujudkan potensi pasar sektor tersebut pada 2030 yang mencapai USD11,8 miliar atau Rp119,5 triliun.

Menurutnya, produk turunan dari rumput laut diantaranya biostimulan, bioplastik, pakan hewan, nutraseutikal, protesin alternatif, farmasi dan tekstil perlu diwujudkan. Hal ini menjadi nilai tambah ekonomi.

"Untuk mewujudkan pemenuhan potensi pasar itu, Kami senantiasa bersinergi dengan berbagai kementerian/lembaga melalui afirmasi program, serta kebijakan yang sesuai arahan Presiden dalam rangka percepatan hilirisasi industri rumput laut nasional," ujarnya.

Pihaknya juga terus mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, menerapkan program sertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta menyiapkan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi sektor tersebut.

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia masih mendominasi ekspor rumput laut kering untuk konsumsi maupun bahan baku industri.

Namun, menurut dia, penjualan ekspor produk tersebut belum mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan catatan 66,61 persen produk ekspor rumput laut Indonesia didominasi oleh rumput laut kering, sementara rumput laut olahan, seperti karagenan dan agar-agar masih sebesar 33,39 persen.

Padahal potensi pasar produk olahan rumput laut cukup besar secara global.