Mentan Sebut Stok Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah, Bukti Nyata Kolaborasi dan Kepemimpinan Presiden Prabowo
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran). (Humas Kementan)

Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) menegaskan bahwa kebijakan pangan nasional kini menunjukkan hasil nyata. Stok beras nasional mencapai lebih dari 4 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, sekaligus menandai berakhirnya impor beras medium yang selama ini membebani negara.

"Kalau dibandingkan tahun lalu, kita masih impor. Sekarang tidak lagi. Ini hasil dari gagasan besar Bapak Presiden RI, mulai dari regulasi, kolaborasi, sampai eksekusi," ujar Mentan Amran di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Amran menuturkan saat ini pemerintah berani melakukan deregulasi besar-besaran dengan mencabut 240 aturan yang menghambat sektor pertanian.

"Dalam 10 bulan, ada 17 Perpres dan Inpres yang diterbitkan mengubah banyak hal. Ini belum pernah terjadi sebelumnya," tuturnya.

Dikatakan Amran, pihakya juga berbenah menjadi institusi yang bersih dan bebas korupsi. Langkah tegas turut diterapkan terhadap mafia pangan, pupuk palsu, dan beras oplosan.

"Ada korupsi, kita pecat. Belum tersangka pun, kalau ada indikasi, langsung kita tindak. Tidak ada kompromi," ujarnya.

Dikatakan Amran, penyederhanaan regulasi pupuk menjadi kunci peningkatan produksi.

"Dulu pupuk langka, sekarang tidak lagi. Dari 145 regulasi disederhanakan agar produsen bisa langsung ke petani,” jelas Amran.

Kementan juga merefokuskan anggaran Rp1,7 triliun untuk penguatan sektor produktif, mulai dari benih hingga alat mesin pertanian. Keberhasilan ini, kata Mentan Amran, tak lepas dari kolaborasi lintas lembaga.

"Kita bergerak bersama Bulog, PIHC, Kemendag, ESDM, Menko Pangan, BUMN, Polri, TNI, bupati, dan gubernur. Semua berorkestra," tambahnya.

Hasilnya terlihat nyata, stok beras tertinggi, tidak ada impor beras medium, NTP petani naik ke 124,36, PDB pertanian meningkat, dan FAO memprediksi produksi beras Indonesia naik hingga 33,1 juta ton pada November.

Selain itu, Amran mengakui, membela petani bukan hal mudah karena ada perlawanan dari mafia impor. Namun kini posisi Indonesia justru diburu negara lain untuk ekspor pangan. “Tahun lalu kita impor 7 juta ton, sekarang negara lain ingin impor dari Indonesia,” katanya optimistis.

Pemerintah juga menaikkan HPP gabah menjadi Rp6.500/kg dan jagung Rp5.500/kg, meningkatkan pendapatan petani hingga Rp113 triliun. Biaya produksi ditekan dengan teknologi dan alat pertanian yang nilainya mencapai hampir Rp10 triliun.

Selain itu, Indonesia mulai memberi kontribusi global, seperti pengiriman bantuan 10.000 ton beras ke Palestina.

"Kami juga siapkan solusi permanen dengan pengembangan lahan hortikultura di Kalimantan Utara untuk mendukung Palestina," ungkapnya.

Dia optimisme, bahwa Indonesia menuju negara emas melalui pertanian. Dirinya terus berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus kesejahteraan para pelaku di dalamnya.

"Kedepan, fokus kita ada enam komoditas unggulan—kakao, kelapa, kopi, mente, pala, dan sawit—dengan nilai investasi Rp371,6 triliun dan serapan tenaga kerja 8,6 juta orang," pungkasnya.