Jam Tangan Kayu Asal Pandeglang Tembus Pasar Mancanegara, Raup Omzet Puluhan Juta. Foto : Istimewa
Banten, tvrijakartanews - Di sebuah sudut Kampung Ciekek, RT.02, RW.12, Kelurahan Karaton, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, terdengar deru mesin dan aroma kayu yang baru dipotong.
Dari rumah sederhana ini, Rizki Pebriani, seorang pengrajin wanita muda, menciptakan jam tangan kayu yang tak hanya memikat pasar lokal, tetapi juga menembus mancanegara, menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah setiap bulan.
Berbekal kreativitas dan ketelitian, Rizki berhasil mengubah bahan baku kayu seperti jati, mapel, dan sonokeling menjadi produk berkelas.
Ia menerangkan, proses pembuatan jam tangan kayu ini terbilang cukup rumit, dari desain awal yang dibuat dengan program komputer, hingga pemilihan bahan kayu yang berkualitas, semua harus dilakukan dengan cermat.
"Setelah desain itu kita buat, desain ini kita pilih bahan bakunya menggunakan kayu jati, kayu mapel dan kayu potongan sonokeling," kata Rizki kepada wartawan yang dikutip, Jumat (13/12/2024).
Salah satu ciri khas produk Rizki adalah seri jam tangan etnik yang mengangkat budaya lokal, seperti motif tenun Baduy. Inovasi ini membuat produknya berbeda dari kompetitor dan mendapat respons positif dari berbagai kalangan.
Tak hanya jam tangan, Rizki juga memproduksi berbagai suvenir berbahan kayu, seperti talenan dan nampan, yang menambah variasi produk dan pendapatan usaha.
"Menggunakan bahan baku kayu kita olah menjadi talenan, nampan dan produk lainnya, dan itu menjadi penambah pemasukan dari usaha ini," jelasnya.
Rizki memanfaatkan platform online seperti marketplace dan media sosial untuk memasarkan produknya agar jangkauannya lebih luas. Usaha kerasnya pun berbuah manis, produknya kini telah menjangkau pasar luar negeri, termasuk Dubai, Belanda, Afrika Selatan, dan Paris.
Untuk pemasaran internasional juga banyak didukung oleh misi dagang dan program display dari Kementerian BUMN.
"Kalau ke mancanegara kita lebih ke misi dagang, kita di display oleh Kementerian BUMN. Alhamdulillah untuk pemasaran sudah ke berbagai negara seperti Dubai kemudian Belanda, Afrika Selatan dan Paris," jelas Rizki.
Dibantu empat karyawan, Rizki mampu meraup omzet antara 10 juta hingga 75 juta rupiah per bulan, tergantung pada volume produksi dan permintaan. Meski sudah sukses, Rizki tetap berharap industri kreatif di Pandeglang mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
Menurutnya, industri kreatif di sini masih butuh dukungan agar bisa terus berkembang dan memberdayakan masyarakat sekitar.
"Kalau omset ya yang paling sedikit itu 10 juta rupiah dan pernah sampai 75 juta rupiah, ya Alhamdulillah karena kita lebih fokus ke bisnis be to be model bisnis kita," kata Rizki.
"Ya maka industri kreatif di Pandeglang ini akan bisa berkembang enggak gini-gini aja, harapannya sih kedepannya bisa lebih berkembang lagi dan bisa memperdayakan masyarakat sekitar," jelasnya.
Kerajinan jam tangan kayu Rizki bukan hanya sebuah usaha, tetapi juga simbol dari potensi besar industri kreatif lokal yang mampu bersaing di pasar global. Dengan sentuhan seni, tradisi, dan teknologi, Rizki membuktikan bahwa inovasi bisa membuka pintu ke dunia.