Bir Pletok: Warisan Sehat Betawi dari Pinggir Jakarta yang Masih Ada hingga Sekarang
FeatureNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Bir Pletok, minuman tradisional khas Betawi. Foto : Achmad Basofi

Jakarta, tvrijakartanews - Di tengah gempuran minuman kekinian yang mengandalkan rasa manis dan tampilan estetik, ada satu minuman tradisional khas Betawi yang tetap berdiri dengan kesederhanaannya. Namanya bir pletok. 

Meski namanya "bir", minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Sebaliknya, ia menawarkan khasiat untuk kesehatan dengan racikan rempah khas Nusantara.

Salah satu pelestari minuman ini adalah Endang Suratman, pengusaha asal Setu Babakan, Jakarta Selatan. Di tempat yang dikenal sebagai pusat budaya Betawi ini, Endang menjalankan rumah produksi Bir Pletok SB singkatan dari Setu Babakan, sebuah usaha rumahan yang berdiri sejak tahun 2018 dan konsisten meracik bir pletok dengan resep warisan keluarga.

Resep Tradisional yang Tetap Terjaga

Bir pletok buatan Endang dibuat dari bahan-bahan alami seperti jahe, kayu manis, kayu sucang, kayu masohi, serta tambahan gula dan garam. Proses pembuatannya pun masih dilakukan secara tradisional namun higienis.

"Dalam memproduksi bir pletok kami menggunakan bahan-bahan antara lain, air, jahe, rempah, adapun rempah di antaranya kayu sucang, kayu masohi, dan kayu manis. Dan kemudian gula, garam," kata Endang saat ditemui di rumah produksinya. 

Untuk proses pembuatannya, ia menjelaskan, pertama, jahe dilumat lalu diambil sari patinya. Kemudian direbus bersama rempah-rempah dan dicampur gula serta garam. Setelah itu masuk ke proses pembotolan, pasterisasi, pelabelan, dan produknya siap dipasarkan.

Produk bir pletok yang dipasarkan terdiri dari dua jenis, yakni bir pletok dalam bentuk bubuk kemasan dan bir pletok cair siap minum yang dikemas dalam botol.

Hangat di Tubuh, Kaya Manfaat

Tak hanya hangat di badan karena bahan utamanya jahe, bir pletok SB juga dipercaya punya banyak manfaat kesehatan.

"Adapun manfaat bir pletok SB ini, selain dia menghangatkan badan, karena memang bahan utamanya jahe, bir pletok ini bisa melancarkan peredaran darah, menjaga metabolisme tubuh, kemudian juga menghilangkan perut kembung," kata Endang. 

Lahir dari Estafet Keluarga

Usaha ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari bisnis sang kakak bernama Yanti yang dulu menamai produknya Bir Pletok Ayu Lestari. Nama itu diambil dari kelompok wanita tani binaan Sudin Pertanian Jakarta Selatan.

Namun seiring waktu, usaha tersebut vakum. Endang kemudian mengambil alih pada tahun 2018, bertepatan dengan munculnya program OK OCE dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mendorong kewirausahaan di tiap kecamatan.

"Nah, dari kakak saya Yanti, karena memang beliau udah nggak pegang lagi, terus legalitasnya pun udah nggak tau kemana, gitu, akhirnya coba saya perbaiki dikit-dikit, saya benahi," kata Endang. 

"Di 2018 itu juga kan, pas Gubernur Pak Anies Baswedan sama Pak Sandi Uno itu, itu bikin program namanya OKOCE kan. Satu kecamatan, satu entrepreneur gitu istilahnya kan. Jadi, kita ikutlah di situ," tambahnya. 

Endang memanfaatkan momentum itu untuk mengikuti pelatihan dan memperkuat legalitas produk. Kini, bir pletok racikannya telah mengantongi sertifikat halal serta terdaftar di BPOM.

Bertahan dan Berkembang

Meski 90 persen penjualannya masih berpusat di Setu Babakan, namun produk ini juga mulai menjangkau pasar lebih luas melalui jaringan reseller.

"Kalau dari pendistribusian/penjualan saya yang di rumah produksi Bir Petok ini, bisa dibilang 90 persen lah ya, masih di Setu Babakan. Tapi, reseller-reseller saya itu udah jangkau mungkin nasional ya, nasional," kata Endang dengan bangga. 

Di tengah arus modernisasi, kisah Endang dan Bir Pletok SB menjadi bukti bahwa budaya dan tradisi bisa tetap hidup jika ada yang mau melestarikan. Bukan hanya sekadar bisnis, tapi juga warisan rasa, kesehatan, dan kebanggaan akan identitas Betawi.