Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Salah satu toapekong yang diarak dalam tradisi 12 tahunan warga cina benteng, tepatnya umat klenteng Boen Tek Bio.
Tangerang, tvrinewsjakarta - Prosesi Gotong Toapekong yang dilakukan oleh warga peranakan tionghoa di Kota Tangerang kembali digelar pada Sabtu (21/9/2024). Prosesi arak-arakan yang dilakukan 12 tahun sekali ini sudah menjadi tradisi selama lebih dari satu abad dan lekat sekali dengan sejarah klenteng Boen Tek Bio yang merupakan salah satu klenteng tertua di Kota Tangerang.
Ketua Perkumpulan Boen Tek Bio Ruby Santamoko mengatakan bahwa prosesi gotong toapekong ini dilakukan berdasarkan sejarah renovasi pertama klenteng Boen Tek Bio di tahun 1844 M. Karena takut merusak patung para dewa, keempat dewa utama atau yang oleh masyarakat Tionghoa disebut juga Toapekong dipindahkan ke Klenteng Boen San Bio di Pasar Baru.
"Renovasi selesai di tahun 1856 M, dan toapekong yang dipindahkan dibawa kembali ke Klenteng Boen Tek Bio dengan proses arak-arakan. Itu terjadi di tahun naga bulan ke-8," ujarnya.
Sejak itu, untuk mengenang kembali peristiwa renovasi besar pada klenteng Boen Tek Bio maka setiap tahun naga para dewa dikeluarkan dan diarak mengelilingi Kota Tangerang. Hal ini juga menjadi warisan budaya bagi warga Cina Benteng, yang harus dijaga kelangsungannya. Rutenya sampai seperti pertama kali Gotong Toapekong dilakukan yaitu dari Klenteng Boen Tek Bio menuju Klenteng Boen San Bio, dan kembali ke Klenteng Boen Tek Bio.
"Yang pertama adalah kami mewariskan budaya dan tradisi yang sudah terjadi sejak 168 tahun yang lalu. Yang kedua adalah kami memberikan pendidikan kepada generasi muda mendatang supaya prosesi arah-arakan ini terus bisa berlangsung dengan baik," tuturnya.
Adapun dewa yang diarak dalam Gotong Taopekong tersebut adalah Dewi Kwan In Hud Couw, yakni dipercaya sebagai Dewi Welas Asih. Lalu, Kwan Tek Kun atau Dewa Perang, yang juga dikenal sebagai kesatria. Selanjutnya Dewa Kha Lam Ya atau Dewa Pintu, dan terakhir Hok Tek Ceng Sin, yang dikenal juga dengan Dewa Bumi
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang, Rizal Ridolloh mengatakan bahwa Gotong Toapekong baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) di bulan Agustus 2024. Prosesi Gotong Toapekong ini menjadi salah satu perayaan budaya yang unik di Kota Tangerang.
“Arak-arakan Gotong Toapekong mempunyai banyak keunikan, salah satunya ritus budaya dua belas tahun sekali ini mengarak patung-patung dari dewa-dewa sekaligus melibatkan seluruh elemen masyarakat, budayawan, dan seniman yang ada di Kota Tangerang,” ujar Rizal.
Tidak hanya itu, ritual Gotong Toapekong sendiri telah melekat sebagai ritus budaya yang diselenggarakan secara konsisten oleh masyarakat Cina Benteng sejak ratusan tahun yang lalu, yakni dimulai pertama kali sekitar tahun 1856 silam. Berkembang dari masa-masa, ritual Gotong Toapekong kini mempunyai daya tarik yang luar biasa, baik bagi wisatawan lokal maupun internasional.
“Arak-arakan Gorong Toapekong juga mempunyai daya tarik yang besar bahkan sudah menjadi sorotan dari wisatawan internasional. Apalagi, tahun ini sangat luar biasa, arak-arakan dua belas tahunan ini diselenggarakan bertepatan dengan peresmian Warisan Budaya Tak Benda sebagai ikon budaya khas Kota Tangerang,” tambahnya.