BI Sebut 5 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Global Tumbuh Melambat
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI. (Tangkap layar akun YouTube Tv Parlemen)

Jakarta, tvrijakartanews - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ada lima risiko tersebut adalah pertumbuhan ekonomi global yang melambat, harga komoditas yang bergejolak. Pertama suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR) yang bertahan di level tinggi.

"Untuk waktu yang lama (higher for longer), dolar AS yang masih kuat, serta inflasi global yang turun sangat lambat," kata Perry dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Perry mengatakan sedangkan untuk tahun 2024, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen.

"Nilai tukar rupiah berada di rentang Rp15.700 sampai dengan Rp16.100 per dolar AS, serta inflasi domestik berkisar 1,5 persen hingga 3,5 persen," tuturnya.

Lebih lanjut, Perry menuturkan pertumbuhan ekonomi global tidak hanya stagnan namun juga melambat. Negara-negara mitra dagang utama Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Kondisi pertumbuhan ekonomi global ini tentu saja akan berpengaruh sumber-sumber pertumbuhan dari ekspor yang memerlukan suatu kerja keras supaya bisa menjadi pendukung pertumbuhan,"ujarnya.

Di sisi lain, kata Perry, harga komoditas juga berdampak pada inflasi global yang menurun dengan sangat lambat. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada upaya dalam mengendalikan inflasi di dalam negeri.

"Baik berkaitan dengan harga minyak maupun juga harga pangan," ucanya.

Dikatakannya, pihaknya memperkirakan FFR akan turun pada akhir 2024 sekitar 25 basis poin (bps), dan sekitar 52 bps pada semester pertama di tahun 2025.

Dolar AS juga masih kuat sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang di seluruh dunia termasuk rupiah.

Selain itu, risiko geopolitik global juga tinggi sehingga perlu menjaga arus modal untuk terus masuk ke dalam negeri dalam rangka menjaga stabilitas.

"Ini tentu saja lima hal yang berpengaruh kepada tiga asumsi makro yang kami sampaikan yaitu pertumbuhan ekonomi, nilai tukar dan inflasi," imbuhnya.