Ilustrasi kejahatan siber. (Freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Kasus kejahatan siber yang sering menimpah data personal masih sering terjadi di Indonesia. Hal ini karena sistem perlindungan pada handphone atau data transaksi pribadi masih dinilai lemah.
Prakitisi dan Akademisi dari Universitas Bina Nusantara, Chrisando Ryan Pardomuan Siahaan mengatakan data aplikasi bocor ada dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Pertama di dalam handphone yang dimiliki masih lemah.
"Jadi data tersebut dapat di eksploitasi dengan orang orang jahat. Kedua, tanpa kita sadar telah mengasih celah kepada penyerang, jadinya penyerang itu bisa masuk ke data kita," kata Chrisando saat dihubungi tvrijakartanews, di Jakarta, Kamis (11/7/2024).
Chrisando menuturkan untuk mengenali serangan para hacker, masyarakat perlu memperhatikan ciri-ciri. Biasanya dilakukan oleh para hacker mengirimkan pesan dalam bentuk pesan yang dikirimkan melalui SMS, email dan sebagainya.
"Saya ingin memberikan ciri-ciri para hacker modus-modus serangan masuk melalui pesan yang di kirim, mungkin SMS, email dan sebagainya. Jadi pada pesan itu biasanya kadang-kadang ada kesalahan-kesalahan yang bikin terkesan pesan itu tidak rapi," ujarnya.
Selain itu, Chrisando memberikan contoh kasus transaksi online dibobol oleh hacker. Biasanya mereka mengirim surat melalui WhatsApp. Ketika dibuka ternyata pesannya ada isinya burem, kemudian ada kesalahan penulisan, ada secara tata bahasanya kurang baik ada typo-typo-nya," ungkapnya.
Berikutnya, kata Chrisando, para hacker mengirim link sebuah perusahaan perbankan sebut saja bank abc.com, ternyata saat diklik muncul abcc.com.
"Padahal nama asli perusahaan bank tersebut abc.com muncul dengan nama yang berbeda yakni abcc jadi tiba-tiba huruf c double," ungkapnya.
Menurut Chrisando, cara seperti sengaja dilakukan oleh para hacker dalam menjalankan aksinya tersebut.
"Saya sudah melakukan observasi mereka melakukan aksinya seperti itu," imbuhnya.