Diskusi yang digelar ASEAN Economic Community soal pemanfaat Artificial Intelligence di kawasan. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - ASEAN Economic Community (AEC) menggelar diskusi pemanfaat Artificial Intelligence (AI) dengan mengundang berbagai pakar hingga tokoh dari berbagai negara. Diskusi yang bertema "Governing and Unlocking The AI Opportunity In ASEAN" itu bertujuan untuk menggali potensi kecerdasan buatan di kawasan.
Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Urusan Komunitas dan Perusahaan, Nararya Soeprapto menyebut Dialog AEC ke-11 berfungsi sebagai platform untuk membahas tata kelola AI yang diinginkan dari perspektif sektor publik dan swasta, serta Panduan ASEAN tentang etika dan tata kelola AI yang baru-baru ini disahkan oleh Pertemuan Menteri Digital ASEAN (ADGMIN) pada Februari 2024 di Singapura.
"Dialog ini bertujuan untuk meletakkan dasar bagi pendekatan seluruh komunitas untuk mengembangkan peraturan dan standar AI yang koheren di seluruh kawasan, memastikan konsistensi dan memfasilitasi kerja sama lintas batas," kata! Nararaya di Jakarta, dikutip Sabtu, 8 Juni 2024.
Ai menjelaskan AI memiliki potensi untuk menambah peningkatan PDB 10 hingga 18 persen di seluruh ASEAN atau setara dengan hampir USD 1 triliun pada tahun 2030. Namun, ia menyebut peningkatan AI bukannya tanpa risiko. Oleh karena itu, ASEAN sedang bekerja untuk mengurangi risiko tersebut seperti memastikan inklusivitas, perlindungan data, dan ketahanan dunia maya sambil mencapai potensi penuh AI untuk Ekonomi Digital ASEAN.
Nararya menekankan bahwa ASEAN berkomitmen untuk terus mengembangkan kerangka kerja tata kelola AI yang ramah bisnis untuk mendorong inovasi dan memungkinkan perusahaan untuk dengan percaya diri berinvestasi dalam AI, sambil memastikan pengembangan yang bertanggung jawab untuk membuka peluang AI di ASEAN.
Oleh karena itu, dialog dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan yang berkelanjutan dengan pemangku kepentingan publik dan swasta tentang tata kelola AI sangat penting karena AI berkembang pesat dan menembus sektor sosial-ekonomi kawasan.
Acara ini menampilkan diskusi panel yang terdiri dari pejabat dari Infocomm Media Development Authority (IMDA) Singapura, MyDigital Malaysia, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, International Telecommunication Union (ITU), dan think tank seperti ERIA, Tech for Good Institute dan Access Partnership.
Dialog ini juga menampilkan perwakilan dari perusahaan global yang telah banyak berinvestasi dalam AI, seperti Microsoft dan Ernst and Young (EY), start-up ASEAN, Savvy.com, dan perusahaan modal ventura, Village Capital.
Manajer Utama, ERIA Digital Innovation and Sustainable Economy Centre (E-DISC), Daisuke Nakayama menyoroti bahwa sementara AI memiliki potensi yang sangat besar untuk ASEAN, masih ada kebutuhan untuk mengatasi berbagai tingkat kesiapan AI. Sementara beberapa Negara Anggota ASEAN maju pesat, yang lain tertinggal karena kemampuan teknologi yang terbatas dan investasi yang lebih rendah dalam penelitian dan pengembangan AI.
Menyambut kemitraan yang berkelanjutan, E-DISC berkomitmen untuk membangun kepercayaan pada teknologi AI, mempromosikan penggunaan yang aman dan efektif, dan pada akhirnya, mendorong pertumbuhan inklusif di seluruh ASEAN, tambahnya.
Lebih lanjut, Dr. Jasmine Begum, Direktur Regional Urusan Hukum dan Pemerintahan di Microsoft ASEAN, menekankan pentingnya pendekatan multifaset untuk memajukan AI yang aman, terjamin, dan dapat dipercaya. Dia mencatat bahwa ini melibatkan komitmen dari para pemimpin industri, kebijakan dan peraturan domestik yang mendukung, dan tata kelola global yang efektif.
“Tata kelola AI adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Sangat penting bagi kita untuk merangkul beragam perspektif, terus belajar, dan berkolaborasi. Microsoft berkomitmen untuk berbagi wawasan kami dan terlibat dalam dialog konstruktif dengan industri, pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil untuk memastikan tata kelola sejalan dengan perkembangan pesat AI. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan potensi AI sebagai kekuatan untuk kebaikan,” katanya.
Sekretariat ASEAN menjadi tuan rumah Dialog, dengan dukungan ERIA dan Microsoft sebagai mitra pengetahuan. Lebih dari 650 peserta yang terdiri dari para pemimpin perusahaan dari start-up, lembaga keuangan, bisnis, organisasi nirlaba, dan lembaga pemerintah menghadiri Dialog baik secara fisik maupun virtual.
Para pembicara di acara tersebut membahas praktik terbaik dalam tata kelola AI dan pentingnya kemitraan publik swasta untuk mempromosikan AI yang bertanggung jawab. Sementara itu, perwakilan dari komunitas bisnis berbagi bahwa AI yang bertanggung jawab adalah kunci untuk membuka potensi peluang sosial-ekonomi yang disajikan oleh AI di ASEAN dan bahwa bisnis siap untuk berkolaborasi dengan pemerintah untuk menyebarkan ekosistem AI yang etis.
Dialog ini juga menampilkan pameran stan untuk menunjukkan kekuatan transformatif AI dalam lanskap bisnis modern dan menyoroti kemampuan AI untuk mengoptimalkan operasi, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menciptakan solusi inovatif di seluruh industri. ERIA, Microsoft, Ernst and Young (EY), Jejakin, e-Fishery, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Mekari berpartisipasi dalam memamerkan solusi AI mereka serta inisiatif untuk memajukan AI di organisasi mereka dan wilayah tersebut.