
Di tengah bayang-bayang gejolak ekonomi global sepanjang 2025, Indonesia berhasil menunjukkan kinerja ekonomi dan pasar keuangan yang solid, bahkan melampaui target ambisius. Sektor pasar modal menjadi bintang utama, di mana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana mencapai Rp238,68 triliun hingga November 2025, angka yang telah melampaui target awal OJK sebesar Rp220 triliun untuk tahun ini Foto Istimewa.
Jakarta, tvrijakartanews – Di tengah bayang-bayang gejolak ekonomi global sepanjang 2025, Indonesia berhasil menunjukkan kinerja ekonomi dan pasar keuangan yang solid, bahkan melampaui target ambisius. Sektor pasar modal menjadi bintang utama, di mana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana mencapai Rp238,68 triliun hingga November 2025, angka yang telah melampaui target awal OJK sebesar Rp220 triliun untuk tahun ini.
Kinerja fantastis ini, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menunjukkan dinamika positif yang mendalam, didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kokoh.
“Belanja masyarakat tinggi, IHSG hijau. Perusahaan yang IPO kita tahun ini mencapai 24 dengan dana terkumpul Rp15,2 triliun,” tegas Airlangga dalam keterangannya, Minggu (14/12/2025).
Ia menambahkan bahwa optimisme ini berlanjut, dengan 13 perusahaan lagi siap masuk ke pipeline per Desember, memberikan sinyal prospek cerah untuk tahun 2026.
Soliditas ekonomi Indonesia tidak hanya tercermin dari pasar modal, tetapi juga dari indikator makro utama:
* Keyakinan Konsumen: Melonjak dari 121,4 (Oktober) menjadi 124 (November 2025).
* Aktivitas Manufaktur: Purchasing Managers’ Index (PMI) mencapai 53,3, tertinggi sejak Februari, menandakan ekspansi produksi yang kuat.
* Inflasi Terjaga: Tetap terkendali di level 2,72% (yoy).
* Pertumbuhan Kredit: Mencapai 7,36% (yoy), mencerminkan aktivitas korporasi yang sehat.
Menanggapi harmoni antara supply side dan demand side di pasar modal, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersiap untuk menghadapi lonjakan aktivitas tahun depan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyampaikan optimisme ini didukung oleh kenaikan jumlah investor hampir 30%.
“Berarti antara supply side dan demand side itu harmonis bergerak. Dan itu yang kami harapkan nanti memperkuat kepercayaan di pasar modal,” ujarnya.
Sebagai bukti nyata optimisme tersebut, BEI telah memasang target ambisius untuk 2026, yakni Target Efek Baru 2026 555 Efek
Angka ini meningkat signifikan dibandingkan target 2025 sebanyak 340 efek—yang bahkan realisasinya telah melampaui 140% hingga November.
Dengan fundamental yang kuat, stabilitas yang terjaga, dan dukungan kebijakan yang terarah, Indonesia diprediksi akan mengalami dominasi upside risk pada 2026.
“Januari efek akan membawa kita untuk ekonomi yang lebih baik di tahun 2026," pungkas Airlangga.

