Keraguan The Fed Turunkan Suku Bunga, Rupiah Ditutup Menguat 9 Poin
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi rupiah (freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan. Rupiah menguat 9 poin atau 0,06 persen.

Sebagaiamana dikutip Bloomberg, Jumat, (19/1/2024), rupiah menguat sembilan poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.615 per USD.

Sedangkan data Yahoo Finance, rupiah menguat empat poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.610 per USD. Di perdagangan sebelumnya rupiah ditutup di level Rp15.614 per USD.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan keraguan The Fed akan menurunkan suku bunganya pada Maret 2024 mendatang mulai meningkat. Hal ini terlihat dari data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar hawkish dari pejabat The Fed.

Menurutnya, Para pelaku pasar juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di Maret, menurut alat CME Fedwatch.

"Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9 persen untuk pemotongan suku bunga di Maret, turun tajam dari 68,3 persen yang terlihat pada minggu lalu," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/1/2024).

Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Di samping itu, utang pemerintah sampai 31 Desember 2023 ditutup di angka Rp8.144,69 triliun. Jumlah itu naik Rp103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp8.041,01 triliun.

"Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11 persen namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022," ucapnya.

Per akhir Desember 2023, profil jatuh tempo utang pemerintah Indonesia disebut terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di kisaran delapan tahun.

Sedangkan, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan tenor menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif.