Rupiah Ditutup Menguat 5,05 Persen terhadap Dolar AS
EkonomiNewsHotAdvertisement

Ilustrasi Rupiah. (tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 95 poin atau 0,06 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pedagang saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5% pada bulan Maret

Dikutip data Bloomberg, Rabu (7/2/2024), rupiah menguat 95 poin atau 0,6 persen menjadi Rp15.635 per USD. Sedangkan data Yahoo Finance, rupiah menguat 94 poin atau menguat 0,59 persen menjadi Rp15.630 per USD. Sebelumnya rupiah masih berada di level Rp15.724 per USD.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mengatakan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada hari Selasa bahwa jika perekonomian AS berjalan sesuai ekspektasinya, hal ini dapat membuka pintu bagi penurunan suku bunga.

"Namun Mester mengatakan dia belum siap memberikan waktu untuk kebijakan yang lebih mudah di tengah ketidakpastian inflasi yang sedang berlangsung. Para gubernur bank sentral lainnya setuju," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/2/2024).

Ibrahim mengatakan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunganya, kata pembuat kebijakan Boris Vujcic kepada Reuters, dengan alasan akan lebih baik bagi kredibilitas ECB untuk memastikan bahwa inflasi terkendali.

Pedagang saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5% pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool milik CME Group (NASDAQ:CME), dibandingkan dengan peluang 68,1 persen pada awal tahun.

"Mereka juga kini memperkirakan pemotongan sekitar 117 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan antisipasi sekitar 150 bps pada awal Januari," ujarnya.

Dikatakan Ibrahim, kekhawatiran pasar terhadap kesehatan ekonomi Tiongkok masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang Tiongkok mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, mereka tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.

"Data inflasi Tiongkok untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Kamis. Data tersebut juga muncul sebelum libur Tahun Baru Imlek selama seminggu," ucapnya.

Ekonomi Indonesia 2023 Tumbuh 5,05 Persen

Disisi lain, Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05 persen. Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31 persen.

"Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen," ucapnya.

Meski demikian, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 seharusnya bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga. Namun, memang terdapat sejumlah faktor yang lebih kuat dalam memengaruhi pelemahan dari konsumsi rumah tangga.

Sedangkan, faktor pendorong loyonya konsumsi juga dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi global yang berdampak ke dalam negeri. Sebab, permintaan ekspor dari negara tujuan dagang RI menjadi melemah.

"Di mana komoditasnya pun akan ikut merosot dan memengaruhi pendapatan masyarakat yang bermata pencaharian lewat barang atau jasa berorientasi ekspor," ungkapnya.

Selain itu, faktor kebijakan dari dalam negeri juga ikut memengaruhi perlambatan konsumsi rumah tangga, yang mana ekpsansi fiskal tidak sebanjir saat masa pemulihan ekonomi nasional (PEN) pasca pandemi.

Kemudian, kebijakan moneter yang meski tidak terlalu ketat, namun tingkat suku bunga yang tinggi memengaruhi penyaluran kredit ke sektor riil. Yang mana ini juga berpengaruh terhadap pelemahan pertumbuhan ekonomi RI.