Sejarah Panjang Gedung Sate Bandung, Jadi Saksi Perjuangan Kemerdekaan Hingga Jadi Pusat Pemerintahaan Provinsi Jawa Barat
FeatureNewsHot

Gedung Sate Bandung, menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat saat ini / Foto: Dimas Yuga Pratama

Bandung, tvrijakartanews - Gedung Sate merupakan salah satu ikon bersejarah ternama di Kota Bandung, Jawa Barat.

Gedung ini dikenal bukan hanya karena keindahan serta keunikan arsitekturnya, tetapi juga karena nilai sejarah dan perannya sebagai pusat pemerintahan.

Gedung Sate terletak di tengah pusat Kota Bandung tepatnya di Jalan Diponegoro Nomor 22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat.

Sejarah Pembangunan Gedung Sate

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920, dengan nama awal Gouvernements Bedrijven, yang berarti gedung pemerintahan. Gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda bernama J. Gerber, yang menggabungkan gaya arsitektur Eropa dan elemen tradisional Indonesia, menciptakan tampilan yang unik dan megah.

Proyek pembangunan Gedung Sate dimulai pada masa kolonial Belanda, saat itu pemerintah Hindia Belanda membutuhkan gedung pusat pemerintahan yang representatif di Bandung, kota yang mulai berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan.

Bandung sendiri dipilih sebagai lokasi karena dianggap lebih strategis dan sejuk dibandingkan dengan Batavia (Jakarta), yang kala itu merupakan ibukota Hindia Belanda.

Arsitektur Gedung Sate memiliki ciri khas berupa menara di bagian tengah dengan enam ornamen berbentuk sate di puncaknya, yang menjadi asal nama "Gedung Sate".

Ornamen tersebut melambangkan enam juta gulden, jumlah biaya yang dihabiskan untuk pembangunan gedung ini. Selain itu, desain Gedung Sate juga mencerminkan perpaduan antara unsur barok dan tradisional nusantara, dengan penggunaan atap limasan yang sering ditemukan di arsitektur Jawa.

Pembangunan Gedung Sate melibatkan banyak pekerja lokal, terutama dari daerah Garut dan sekitarnya.

Selama proses pembangunan, bahan-bahan lokal seperti batu alam dari pegunungan sekitar Bandung juga digunakan. Hal ini menjadikan Gedung Sate tidak hanya megah dari segi desain, tetapi juga menunjukkan kerjasama antara kolonial dan lokal dalam mewujudkan bangunan tersebut.

Setelah selesai dibangun pada tahun 1924, Gedung Sate menjadi kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum Hindia Belanda. Namun, fungsinya terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan sejarah Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, gedung ini beralih fungsi menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, yang kemudian difungsikan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II, Gedung Sate sempat digunakan oleh militer Jepang sebagai markas mereka. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, Gedung Sate menjadi salah satu simbol penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama di wilayah Jawa Barat.

Pada tahun 1946, Gedung Sate menjadi saksi pertempuran antara pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara Sekutu yang ingin merebut kembali kekuasaan di Indonesia setelah kekalahan Jepang. Dalam peristiwa tersebut, beberapa pegawai Gedung Sate gugur dalam pertempuran sengit yang dikenal sebagai "Insiden Gedung Sate".

Fungsi Gedung Sate

Saat ini, Gedung Sate masih berfungsi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, gedung ini juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Bandung. Masyarakat dapat mengunjungi bagian-bagian tertentu dari Gedung Sate, termasuk museum yang menampilkan sejarah gedung dan perkembangan Kota Bandung.

Keberadaan Gedung Sate sebagai simbol Kota Bandung tidak lepas dari nilai arsitektur, sejarah, dan budayanya. Gedung ini bukan hanya merupakan peninggalan masa kolonial, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Dari zaman kolonial hingga kemerdekaan, Gedung Sate tetap berdiri kokoh sebagai salah satu landmark penting di Jawa Barat. Sebagai warisan budaya, Gedung Sate tidak hanya memiliki arti penting bagi warga Bandung, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.

Gedung ini melambangkan semangat kemajuan dan ketahanan bangsa, yang terus dijaga dan dilestarikan hingga kini.