PINTU Incubator Ungkap Kendala Jenama Lokal Sulit Bertahan di Pasar Internasional
FeatureNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Salah satu karya dari Arae yang ditampilkan dalam runaway JF3 2024

Tangerang, tvrijakartanews- Beberapa tahun terakhir sudah banyak jenama lokal yang melebarkan sayap dengan terjun ke pasar internasional. Namun sayangnya, tak banyak yang bertahan di tengah banyaknya jenama global lain yang bersaing.

Co-inisiator PINTU Incubator, Thresia Mareta mengungkapkan salah satu kendala yang sering dialami oleh para desainer lokal saat terjun ke pasar internasional adalah tidak bisa menyiapkan pesanan dalam jumlah banyak. Sehingga, calon konsumen merasa kecewa karena kekosongan stok barang. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi asalkan para pelaku usaha bisa mengerti tata kelola fashion industry.

"Yang saya lihat alasan kenapa banyak yang tidak mau tahu lebih dalam soal brand Indonesia adalah ketiadaan barang ketika melakukan order, artinya pelaku usaha harus konsisten, harus siap menerima pesanan dalam jumlah yang lebih banyak," ujarnya di sela gelaran JF3 Summarecon Mall Serpong pada Rabu (31/7/2024).

Ada alasan mengapa jenama lokal kurang siap dalam menyediakan stok barang, salah satunya karena mereka berawal dari industri rumahan dan terbiasa menerima pesanan dalam jumlah terbatas. Hal ini juga yang menjadi perhatian PINTU Incubator dalam memberikan bimbingan kepada para desainer lokal yang terpilih dalam program inkubasi desainer menuju Paris Trade Show.

"Saya lihat brand lokal tidak bisa memenuhi order karena mereka kebanyakan home industry yang tidak punya sistem profesional dalam mengembangkan bisnis, dan itu yang diajarkan kami juga soal bussiness plan, bussiness model, financial report profesional. Bukan cuma jual terus untung, tapi juga harus memutar uang supaya modal tetap dijaga," ujar Thresia.

Thresia melanjutkan bahwa konsistensi perlu dijaga agar tetap bertahan di pasar internasional. Bukan hanya bagaimana membuat model yang sesuai dengan minat konsumen, tapi juga bagaimana bisa menyiapkan barang yang sama persis kualitasnya sejak awal. Konsistensi juga bisa membuat konsumen bertahan membeli produk yang kita buat meskipun nantinya akan terus ada jenama baru yang keluar.

"Buat kami penting juga menjaga kualitas untuk setiap desainer yang berangkat, konsistensi itu butuh agar mereka tahu bahwa brand yang dibawa kami sudah siap di pasar global, dan juga mempertahankan brand itu sendiri," ujarnya.

Untuk tahun ini sendiri, ada 5 jenama lokal yang sudah lolos kurasi dan nantinya 2 jenama yang lolos tahap kurasi terakhir untuk diberangkatkan ke Paris, Perancis untuk dalam event Trade Show. Langkah ini juga merupakan bentuk nyata PINTU Incubator dalam mempersiapkan para desainer untuk pasar mode serta, mendapatkan eksposur atau perhatian internasional.

"Tahun ini kita perketat kurasinya, tahapannya cukup panjang karena kita mencari brand yang betul-betul siap secara kualitas dan kuantitas. Kalau tahun lalu, kita berangkatkan 4 brand fashion lokal, tapi tahun ini ada 2 brand yang nantinya diberangkatkan ke Paris untuk Trade Show," pungkasnya.

Adapun jenama lokal yang ikut dalam program ini ialah Senses, Enigma, Denim It Up, Arae, dan Tales and Wonder. Tahap kurasi akan terus berlanjut, sehingga pada akhirnya akan terpilih 2 brand yang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi di Paris Trade Show, bersama dengan alumnus dari program PINTU Incubator periode sebelumnya.