
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mulai menjabat pada tahun 2023 dengan janji untuk mengatasi penggundulan hutan di Amazon dan memulihkan negaranya sebagai pemimpin iklim setelah bertahun-tahun mengalami kerusakan hebat di hutan hujan terbesar di dunia di bawah pendahulunya Jair Bolsonaro.
Komitmen Lula untuk mengakhiri penggundulan hutan pada tahun 2030 kini berjalan sesuai rencana dengan tingkat penggundulan hutan yang turun lebih dari setengahnya di tengah penegakan hukum lingkungan yang lebih ketat. Namun, sebuah studi baru menunjukkan bahwa penggundulan hutan saja hanya merupakan sebagian kecil dari kerusakan iklim yang melibatkan Amazon.
Dilansir dari reuters (6/8) sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin 5 Agustus dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa penebangan hutan, pembakaran hutan dan bentuk-bentuk degradasi lainnya yang disebabkan manusia, bersama dengan gangguan alam pada ekosistem Amazon, melepaskan lebih banyak karbon dioksida yang menghangatkan iklim daripada penggundulan hutan secara terang-terangan.
Penelitian tersebut, yang menggunakan data yang diperoleh dari pemindaian laser udara di wilayah Amazon untuk penghitungan perubahan di hutan hujan yang lebih tepat daripada yang disediakan oleh citra satelit, menemukan bahwa degradasi yang disebabkan oleh manusia dan gangguan alam menyumbang 83% emisi karbon, dengan 17% kerugian akibat penggundulan hutan.
Penulis utama studi Ovidiu Csillik, spesialis penginderaan jarak jauh di Universitas Wake Forest di Amerika Serikat menjelaskan teknik yang digunakan dalam penelitian ini memberikan tingkat detail yang belum pernah ada sebelumnya tentang degradasi hutan di wilayah Brasil di mana kerusakan paling merajalela.
“Anda tahu, sebagai rangkuman, kami menggunakan data beresolusi tinggi yang memungkinkan kami melihat perubahan, untuk memverifikasi secara terperinci. Kami juga mengaitkan perubahan dengan faktor pendorong di balik perubahan tersebut. Jadi kami menemukan bahwa gangguan dan degradasi hutan, kehilangan karbon akibat gangguan dan degradasi hutan, lebih besar daripada kehilangan karbon akibat penggundulan hutan. Sekarang kami menemukan lebih dari 80% disebabkan oleh degradasi dan gangguan dibandingkan kurang dari 20% yang disebabkan oleh pembukaan lahan,” jelasnya.
Sementara itu, para ilmuwan yang tidak terlibat dalam studi tersebut mengatakn studi ini mendukung argumen bahwa pemerintahan di bawah Lula mungkin terlalu fokus pada penggundulan hutan. Kantor Lula dan Kementerian Lingkungan Hidup tidak segera menanggapi permintaan komentar.

