Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Seperti ribuan anak-anak Gaza, Yasmine Al-Shanbari (3) tidak hanya menderita akibat perang yang terjadi di sekitar mereka. Ia juga menderita penyakit kulit dan belum ada tanda-tanda akan sembuh, karena obat-obatan langka dan hanya sedikit rumah sakit yang beroperasi di Palestina yang dikepung Israel.
Perang selama 10 bulan antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas telah menyebabkan Jalur Gaza tidak memiliki air bersih yang mengalir, kekurangan bantuan dan obat-obatan, serta limbah mentah di mana-mana, yang mengakibatkan timbulnya penyakit kulit dan penderitaan lainnya.
Bercak-bercak merah dan gatal menyebar di seluruh wajah Yasmine dan ayahnya merasa tidak berdaya saat dia duduk di pangkuannya di sekolah yang terbakar habis dan penuh sesak tempat mereka berlindung di kamp pengungsi perkotaan Jabalia di Gaza utara.
Serangga kecil tampak beterbangan di sekitar wajahnya, sementara tumpukan sampah membusuk karena teriknya musim panas.
"Penyakit yang dideritanya di wajahnya sudah ada selama hampir 10 hari dan belum hilang, kami tidak menyisakan obat apa pun untuk diberikan kepadanya, berharap penyakit itu akan sembuh dari wajahnya," kata ayahnya, Ahmed Al-Shanbari dikutip dari reuters (9/8/2024)
Penyakit kulit bukanlah satu-satunya penyakit yang merayap ke salah satu tempat terpadat di bumi.
"Kemarin, kita berbicara tentang hepatitis, dan hari ini kita berbicara tentang penyakit kulit menular. Setiap hari ada penyakit baru yang menyebar di kalangan anak-anak," kata Dokter Wissam al-Sakani, juru bicara Rumah Sakit Kamal Adwan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membunyikan peringatan bahwa Hepatitis A dan polio juga menyebar di kalangan anak-anak.
Ammar al-Mashharawi, balita berusia 2 tahun, juga mengalami ruam merah menyala di seluruh wajah dan tubuhnya di Rumah Sakit Kamal Adwan, yang diserang rudal Israel pada bulan Mei.
"Lihatlah anak itu, seluruh tubuhnya seperti ini. Kami telah mendatangi lebih dari satu rumah sakit untuk mencarikan obat untuknya," kata ayah Ammar, Ahmed, sambil menggendong putranya yang menangis saat petugas medis memeriksanya.
"Kami orang dewasa entah bagaimana bisa bertahan, tetapi anak-anak, semoga Tuhan menolong mereka, tidak memiliki makanan atau obat-obatan. Situasinya tidak terlukiskan," Ahmed menambahkan
Sementara itu, Israel menyangkal bertanggung jawab atas keterlambatan dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan yang mendesak ke Gaza, mengatakan PBB dan pihak lain bertanggung jawab atas distribusinya begitu berada di dalam daera itu.
Jumlah korban tewas terus meningkat di Gaza, dengan hampir 40.000 warga Palestina tewas, menurut otoritas Gaza.
Sebagaimana diketahui, Hamas, kelompok Islam Palestina yang menguasai Gaza, memulai perang ketika militannya menyerbu perbatasan ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.