
Foto: TVRI NTB-Ambika Ambi
Kabupaten Lombok Tengah NTB, tvrijakartanews - Padi varietas Gamagora 7 telah diujicoba oleh Kelompok Tani Remaja Tani di Desa Pengembur, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok tengah dengan harapan dapat dikembangkan di seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Varietas padi ini dikenal adaptif terhadap perubahan cuaca dan memiliki produktivitas tinggi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, menyatakan bahwa upaya ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi di setiap musim tanam.
"Selain itu, ini juga sebagai cara agar petani bisa tetap menanam padi di musim panas atau kemarau. Dengan solusi ini diharapkan ke depannya harga beras dapat dikendalikan," ujar Berry Arifsyah Harahap, dikutip Selasa, 13 Agustus 2024.
Pada demplot ini, padi ditanam pada musim kemarau. Sejak awal penanaman hingga panen, lahan tadah hujan ini belum pernah terkena hujan. Padi hanya disiram menggunakan air yang berasal dari sumur, namun kondisinya tidak perlu sampai tergenang seperti lahan sawah padi pada umumnya. Dari hasil percobaan diketahui bahwa padi Gamagora 7 ini dapat dipanen kurang dari 90 hari, sementara varietas padi lainnya membutuhkan waktu sekitar 100 hari.
“Kita berharap keberhasilan ini dapat diterapkan di berbagai daerah di Provinsi NTB. Selain untuk mengendalikan inflasi, keberadaan padi Gamagora 7 juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani," tambahnya.
Asisten II Setda Lombok Tengah, Lendek Jayadi, menyatakan hasil ujicoba ini akan diterapkan di Kabupaten Lombok Tengah karena sebagian wilayahnya memiliki kondisi yang berbeda yaitu kering di bagian selatan dan dingin di bagian utara.
"Kami juga menilai padi yang memiliki kualitas premium ini seharusnya dapat memenuhi konsumsi beras lokal sehingga Lombok Tengah tidak perlu mendatangkan beras dari luar daerah lagi," ungkapnya.
Desa Pengembur menjadi lokasi penanaman percontohan padi varietas Gamagora 7 pertama di Provinsi NTB. Varietas ini merupakan hasil pemuliaan dari Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Peneliti UGM, Taryono, menjelaskan bahwa saat ini varietas Gamagora 7 sudah diuji coba di sejumlah daerah seperti Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Lampung, dengan hasil yang memuaskan karena produktivitasnya bisa mencapai 8 hingga 10 ton gabah kering giling per hektar. Beberapa kabupaten di Pulau Kalimantan juga sudah menunjukkan minat untuk mengembangkan varietas ini.
“Proses penelitian Gamagora 7 dimulai sejak tahun 2006 dan hasilnya diperoleh pada tahun 2010. Tahap pelepasannya membutuhkan banyak penilaian internal untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan. Padi Gamagora 7 dikenal menghasilkan beras kelas premium dan tahan terhadap hama wereng. Namun, varietas ini hanya dapat ditanam di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan, tidak disarankan untuk lahan kebun atau ladang,” tutup Taryono.

