
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Teknologi pelacakan mata ini mengungkap apa yang diperhatikan para pemburu rumah saat melihat sebuah properti. Teknologi ini, yang dikembangkan oleh perusahaan bernama Tobii, melacak fokus pembeli rumah secara real-time.
Menurut penelitian, pembeli rumah sering kali melewatkan area utama seperti ruang bawah tanah, atap, dan loteng, meskipun area tersebut berpotensi menimbulkan masalah signifikan.
"Yang perlu mereka lakukan adalah memeriksa hal-hal seperti susunan batu bata, mencari tanda-tanda kondensasi atau kelembapan, cerobong asap, ketel uap, kelistrikan, bahkan mungkin sinyal Wi-Fi," kata Daniel Copley dari portal properti, Zoopla dikutip dari reuters (13/8).
Alat pelacak mata menyoroti area, barang, atau ruangan mana yang menarik perhatian pembeli dan mana yang diabaikan.
Jon Ward adalah direktur penjualan Tobii menjelaskan kacamata tersebut memiliki empat kamera yang terpasang di lensa dan sejumlah iluminator. Cara termudah untuk menggambarkan apa yang sedang dilakukan adalah, hal tersebut seperti mata kucing di jalan yang disoroti lampu.
"Ia akan menyala dan tampak bagus dan terang. Kami melakukan hal yang sama dengan pupil. Sama sekali tidak berbahaya. Tidak melakukan apa pun di sana. Kamera menangkap pantulan ini dan kemudian dengan perhitungan matematika yang sangat cerdas, kami akan menentukan di mana Anda sebenarnya melihat dari gambar tersebut,” jelasnya.
Percobaan tersebut mengungkap bahwa pembeli rumah sering kali mengabaikan elemen struktural properti. Sebaliknya, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat furnitur dan barang-barang dekorasi.
Uji coba menemukan bahwa hanya 38% perhatian pembeli tertuju pada elemen struktural, sementara 54% tertarik pada fitur kosmetik dan perabotan.
Pemerintahan baru Inggris telah menetapkan target membangun 1,5 juta rumah lagi sebelum pemilu berikutnya. Menurut Richard Donnell, direktur eksekutif di Zoopla, hal ini akan mengakibatkan peningkatan aktivitas pembelian rumah di tahun-tahun mendatang.
"Ini tidak seperti membeli mobil setiap tiga tahun. Prosesnya rumit dan ada banyak hal yang dapat dilakukan setiap orang. Teknologi seperti ini membantu kami dan pihak lain mencari cara untuk membantu konsumen mengisi kesenjangan tersebut dan mendapatkan pengalaman yang lebih baik," kata Donnell.

