
Ilustrasi rupiah. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 24,5 poin atau atau atau 0,16 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah seiring utang luar negeri (ULN) Indonesia triwulan II-2024 tercatat USD408,6 miliar.
Dikutip data Bloomberg, rupiah melemah 24,5 poin atau atau atau 0,16 persen di level Rp15.699 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah melemah 15 poin atau 0,09 persen di level Rp15.689 per dolar AS.
"Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II-2024 tercatat sebesar US$ 408,6 miliar. Utang valas ini tumbuh sebesar 2,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,2 persen (yoy) pada triwulan I 2024. Peningkatan tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta," kata Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Ibrahim menambahkan ULN pemerintah kembali mencatat kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN pemerintah pada triwulan II-2024 sebesar US$ 191,0 miliar, atau mencatat kontraksi pertumbuhan 0,8 persen (yoy), berlanjut dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,9 persen (yoy).
Hal tersebut dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Soal ULN, pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara pruden, terukur, oportunistik dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal," ucapnya.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah utamanya mencakup Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9 persen dari total ULN pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,8 pesen), Jasa Pendidikan (16,8 persen), Konstruksi (13,6 persen); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,5 persen).
"Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah," tuturnya.
Dari sisi luar negeri, Ibrahim menuturkan Harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juli dan peningkatan inflasi tahunan melambat menjadi di bawah 3 persen untuk pertama kalinya dalam hampir 3-1/2 tahun, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan.
Para pedagang lebih menyukai pemangkasan yang lebih kecil, 25 basis poin oleh Fed pada bulan September, menurut CME Fedwatch. Alat tersebut sebelumnya mengindikasikan para pedagang terbagi atas pemangkasan 25 bps dan 50 bps, dengan yang terakhir menyajikan prospek yang lebih baik untuk pasar logam.
Ibrahim menambahkan kekhawatiran investor atas potensi respons Iran terhadap pembunuhan pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas bulan lalu mendukung harga.
"Tiga pejabat senior Iran mengatakan bahwa hanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang akan menahan Iran dari pembalasan langsung terhadap Israel atas pembunuhan tersebut," tambahnya.
Pertumbuhan produksi pabrik Tiongkok melambat pada bulan Juli sementara produksi kilang turun untuk bulan keempat, yang menggarisbawahi pemulihan ekonomi negara yang tidak merata, yang juga membatasi kenaikan pasar.
Namun, rilis data penjualan ritel di Tionkok tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli, membuat investor sebagian besar mengabaikan hasil yang lebih lemah dari perkiraan pada produksi industri dan investasi aset tetap, sementara tingkat pengangguran Tiongkok juga secara tak terduga tumbuh menjadi 4,2 persen.
Ibrahim memprediksi untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.630 - Rp15.720.

