
Kerajinan Tangan Dari Pandan, Warisan Turun Temurun di Desa Bandung Pandeglang
Jakarta, tvrijakartanews - Banyaknya tanaman pandan di Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, telah lama dimanfaatkan warga setempat untuk dijadikan bahan baku berbagai produk kerajinan tangan.
Kepala Desa Bandung, Wahyu Kusnadiharja mengatakan, bahwa kerajinan yang terbuat dari pandan tersebut adalah peninggalan nenek moyang yang hingga saat ini masih dikembangkan dan dilestarikan oleh warganya.
"Kerajinan dari pandan ini terus kami kembangkan, sebagai salah satu sumber mata pencaharian yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Bandung. Kerajinan ini juga berasal dari orang tua terdahulu, sekitar tahun 1800 an. Dan pada tahun 1942 ketika datang Jepang ke Indonesia dan sudah masuk ke wilayah Desa Bandung, itu dijadikan alternatif utama untuk pakaian oleh penduduk setempat karena waktu itu terjadi krisis ekonomi yang sangat luar biasa," kata wahyu saat di konfirmasi di Pandeglang, Banten, Jum'at (16/8/2024).
"Dulu di tahun 2006 sempat ramai, kami beserta seluruh jajaran pemuda menjadi distributor utama dan dikirim ke wilayah Tasikmalaya. Dan saat ini, kami sudah tidak menjadi distributor karena beberapa pelaku usaha dari kita sempat membawa semacam benih kesana dan sekarang mungkin sudah dapat dibudidayakan," sambung Wahyu.
Wahyu menyebut, jika Desa Bandung memiliki ratusan pengrajin dari 7 kelompok yang terdiri dari orang tua sampai anak muda.
"Kami disini masih memiliki sekitar 154 pengrajin anyaman dari pandan yang tergabung dalam 7 kelompok, ini secara turun temurun terus menerus masyarakat kami masih bisa menganyam baik yang tua sampai dengan yang muda dan ini masih tetap dilestarikan," terangnya.
Dirinya menerangkan, bahwa selain membuat bahan baku, ada berbagai macam jenis kerajinan tangan yang dihasilkan dari pandan.
"Sekarang kita buat anyaman pandan ini bukan hanya untuk bahan baku dan anyaman pandan biasa, akan tetapi kita sudah kemas dan desain sedemikian rupa serta meningkatkan kapasitas daripada para pengrajin untuk membuat berbagai kerajinan tangan dengan macam-macam motif. Contohnya seperti membuat sandal, tas pria maupun wanita, tempat tisu, peci yang dikombinasikan dengan kain beludru, dan lain sebagainya," ungkap Wahyu.
Wahyu menambahkan, jika daya jual hasil kerajinan anyaman pandan ini sudah melalui media online sekaligus menjadi salah satu sumber mata pencaharian yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa nya.
"Kami memberikan tugas kepada BUMDES dan sudah punya outlet, untuk mengangkat sebanyak 24 jenis produk anyaman yang sudah ada melalui penjualan secara konvensional ataupun secara digital atau melalui pasar online. Alhamdulillah sudah berjalan selama 3 tahun, kualitasnya semakin ditingkatkan oleh masyarakat dan sudah bisa dibuat yang salah satunya adalah sandal dan peci. Dan sekarang, para pengrajin itu sudah meningkat ekonominya," ujarnya.
Wahyu mengaku, jika dirinya akan melindungi kerajinan khas anyaman pandan di Desa Bandung, dari kemungkinan ditiru oleh pihak lain.
"Terlepas daripada aspek pelayanan hukum, untuk anyaman pandan sudah kita naikan HAKI nya dengan nama merk kolektif. Melalui merk kolektif ini, dari 7 kelompok beserta dengan BUMDES sudah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan kami beri nama Nyandung atau Anyaman Pandan Desa Bandung. Insya Allah dalam waktu 3 atau 4 bulan ini, HAKI ini akan keluar," imbuhnya.
Wahyu berharap, ada peran serta Pemerintah Daerah (Pemda) Pandeglang agar dapat membantu dalam bentuk pinjaman atau memberikan bantuan modal untuk para pengrajin.
"Harapan untuk Pemda Pandeglang dengan berbagai kebijakan yang ada di daerah jika memang ada kebijakannya, kami ingin bantuan permodalan secara lunak sukur-sukur dalam bentuk bantuan atau hibah untuk seluruh pengrajin kami. Selain itu, kami ingin terus berkreasi melalui peningkatan kapasitas. Mungkin ada OPD terkait yang bisa melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas untuk para pengrajin, agar dibantu," tutupnya.

