
Ilustrasi rupiah. (Freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 108 poin atau 0.69 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah di tengah kekhawatiran tentang melemahnya ekonomi dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.
Dikutip dalam data Bloomberg, rupiah menguat 108 poin atau 0,69 persen di level Rp15.492 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah menguat 109 atau 0,69 persen di level Rp15.485 per dolar AS.
"Namun, sejauh mana pelemahan tersebut, dan apakah hal itu akan menyebabkan bank sentral AS memangkas suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada pertemuannya di bulan September, masih dipertanyakan," kata Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Ibrahim mengatakan para pedagang akan fokus pada pernyataan Powell pada hari Jumat di simposium Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, untuk mendapatkan petunjuk baru tentang besarnya penurunan suku bunga yang diharapkan pada bulan September dan apakah penurunan suku bunga berikutnya mungkin terjadi pada setiap pertemuan setelahnya.
Menurutnya, Powell mungkin enggan memberikan terlalu banyak detail, karena data pekerjaan dan inflasi bulan Agustus akan dirilis setelah pidatonya, tetapi sebelum pertemuan 17-18 September.
"Risalah dari pertemuan Fed pada tanggal 30-31 Juli yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa "sebagian besar" pejabat mengatakan penurunan suku bunga pada bulan September mungkin terjadi," tuturnya.
Selain itu, Ibrahim menilai presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan pada hari Kamis bahwa ia setuju dengan penurunan suku bunga pada bulan September 2024.
"Selama data menunjukkan kinerja seperti yang diharapkannya dan Presiden Fed Boston Susan Collins juga mengisyaratkan kemungkinan dukungannya," tuturnya.
Ibrahim menjelaskan data pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pada minggu terakhir, tetapi level tersebut masih menunjukkan pendinginan pasar tenaga kerja secara bertahap tetap utuh.
"Hal ini terjadi sehari setelah data yang direvisi untuk tahun hingga Maret menunjukkan bahwa pengusaha AS menambah jauh lebih sedikit pekerjaan daripada yang dilaporkan semula," pungkasnya.

