
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Warga Palestina ,Saber Dawas, mengukir sandal kayu untuk kedua putrinya di Gaza, karena kekurangan alas kaki di daerah tersebut dan kurangnya sarana keuangan untuk membeli alas kaki yang tersedia di pasar.
"Saya pergi ke pasar untuk membeli sandal dan alas kaki untuk anak-anak perempuan saya, tetapi saya mendapati harga sandal (alas kaki) itu sangat mahal,” kata Dawas dikutip dari reuters (11/9).
Bahkan, kata Dawas sepatu yang bisa ditemukannya pun adalah sepatu lama, sudah usang dan tidak muat lagi dipakai anak-anak perempuannya. Sebaliknya, pria berusia 39 tahun ini, yang berprofesi sebagai tukang kayu, menggunakan keterampilannya untuk membuat sepatu dengan kayu apa pun yang dapat ditemukannya.
"Saya punya ide untuk menebang kayu dan membuat barang-barang, supaya saya bisa merawat putri saya (yang sedang sakit) dan saya bisa merawat semua putri saya," katanya, sembari mengukur kaki salah satu putrinya di tenda darurat tempat mereka tinggal sekarang.
Namun Dawas menjelaskan bahwa kini semakin sulit menemukan kayu karena sebagian besar orang menggunakannya untuk memasak atau menyalakan api karena kekurangan pasokan. Konflik tersebut, yang kini memasuki bulan ke-11, dipicu pada tanggal 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Dawas dan keluarganya, yang sebelumnya tinggal di kamp Jabalia, kini tinggal di Khan Younis. Mereka telah mengungsi beberapa kali sejak dimulainya perang, kata sang ayah, dan setiap kali mengungsi mereka meninggalkan lebih banyak barang-barang mereka.
"Ketika kami mengungsi, kami lupa akan barang-barang kami; banyak barang-barang kami. Kami telah mengungsi lebih dari sekali, dua kali, tiga, empat, dan lima kali," katanya.
Heba, salah satu putri Dawas, menceritakan pengalamannya.
“Saat kami mengungsi, kami mulai berlari, dan saat berlari, sandal itu putus. Saya lempar dan mulai berlari bersama yang lain yang juga berlari,” katanya.
Menurut kementerian kesehatan setempat, serangan Israel berikutnya terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina. Daerah kantong yang padat penduduk itu telah menjadi sunyi dan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya telah mengungsi berkali-kali serta menghadapi kekurangan makanan dan obat-obatan yang parah.