
Ilustrasi Gen Z Menyalurkan Hak Pilihnya di Pemilu 2024, Foto : Istimewa
Tangsel, tvrijakartanews - Perhelatan Pilkada serentak 2024 semakin seru dan panas. Para kontestan sudah mulai turun gunung dengan cara blusukan mengumbar janji dan mempromosikan dirinya saat bertatap muka maupun berkampanye lewat media untuk mencuri perhatian pemilih.
Tak terkecuali, para kontestan memperebutkan suara dari Gen Z dan Milenial karena besarnya kuantitas pemilih berusia 17 hingga 40 tahun di momen Pilkada tahun ini.
Lantas, seperti apa tanggapan mereka dalam menyikapi para kontestan yang berusaha mencuri perhatian dan suara dari kalangan pemilih pemula?
Seperti yang dikatakan oleh warga Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Muhammad Rafi As’Adri (20), ia memandang generasi muda menjadi target para kontestan untuk kepentingannya di dunia politik dengan menjual beragam gagasan. Untuk itu, pria yang berprofesi sebagai ojek online ini berharap, pemilih muda harus memiliki bekal pengetahuan dalam menentukan hak pilihnya.
“Saya rasa generasi muda saat ini sudah mulai mengerti dan memahami untuk menentukan pilihannya, bukan hanya mendengar calon yang mengumbar janji belaka,” ungkapnya, Minggu (16/9/2024).
Adri mengatakan, meskipun ia baru kali kedua mengikuti pesta demokrasi di tingkat pemilihan wali kota 2020 dan Pilpres 2024 lalu, namun sikapnya dalam berdemokrasi tidak semata-mata tergiur dengan janji politik para kandidat.
“Saya memilih bukan karena iming-iming atau ajakan dari orang lain atau tim sukses, saya memilih karena melihat rekam jejak dan elektabilitasnya, begitu kira-kira,” ujarnya.
Terpisah, Rizky Saputra (17), pelajar yang duduk di bangku kelas tiga SMA di Tangsel ini mengatakan, anak muda jaman sekarang sudah mulai kritis dan memiliki idealisme yang kuat. Menurutnya, para kontestan perlu memiliki strategi politik dan terus menjalin komunikasi aktif, sehingga tingkat pemilih pemula yakin untuk melabuhkan pilihannya.
“Saya kira para kontestan harus membuka ruang selebar-lebarnya untuk kaum pemilih muda, dan saling mengikat kepercayaan terhadap situasi saat ini,” sebutnya.
Sementara Reza Wardhana Muhammad (28) mahasiswa UIN mengatakan, ia memandang para pelaku politik mulai menyentuh kaum muda disaat momentum tertentu saja, sehingga tidak sedikit anak muda enggan menyalurkan hak pilihnya karena terjadi krisis kepercayaan.
“Jangan hanya menyentuh atau menggandeng kami pada momen tertentu saja, berikan kami ruang untuk saling memberi gagasan dan kebijakan politik, sehingga peran anak muda dapat terlibat aktif di dunia politik,” katanya.
“Karena suara Gen Z dan Milenial bisa menjadi penentu kemenangan kontestan dalam pertarungan di Pilkada,” tambahnya.
Sebagai informasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan proporsi pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari Generasi Z dan Milenial mencapai 55% dari total pemilih nasional. Dari data itu menunjukkan suara Gen Z dan Milenial memiliki potensi besar dalam menentukan kemenangan kandidat calon.

