Melihat Observatorium Bosscha Bandung, Perjalanan Sejarah Hingga Fungsi Saat Ini
FeatureNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat / Foto: Dimas Yuga Pratama

Bandung, tvrijakartanews - Observatorium Bosscha adalah observatorium astronomi tertua di Indonesia yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sekitar 15 kilometer di sebelah utara Bandung, Jawa Barat.

Didirikan pada tahun 1923, observatorium ini memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Ide pendiriannya berasal dari Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan teh berkebangsaan Belanda, yang ingin meningkatkan pengetahuan ilmiah di Hindia Belanda saat itu.

Bersama dengan sejumlah ilmuwan dari Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV), mereka membangun observatorium yang hingga kini menjadi pusat penelitian astronomi terkemuka.

Sejak didirikan, Observatorium Bosscha telah berkontribusi signifikan dalam pengamatan astronomi, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Teleskop Zeiss

Salah satu instrumen utama yang terkenal di observatorium ini adalah teleskop Zeiss, sebuah teleskop refraktor besar yang masih digunakan hingga sekarang.

Teleskop Zeiss dibuat secara khusus untuk pengamatan posisi bintang pada sistem bintang ganda. Pergerakan bintang secara akurat dijelaskan oleh mekanika klasik, dimana gerak dua benda bermassa berinteraksi menurut gravitasi Newton.

Pengamatan posisi kedua bintang dari waktu ke waktu dilakukan secara kontinu untuk mendapatkan periode dan jarak pisah kedua bintang.

Kedua informasi tersebut digunakan untuk mendapatkan massa setiap bintang melalui Hukum Katiga Kepler.

Pengukuran yang menghasilkan informasi detail seperti ini sulit dilakukan pada bintang tunggal. Informasi massa bintang yang ditemui menjadi dasar bagi penentuan status bintang dalam jalur evolusinya.

Sekitar 85% dari bintang-bintang di alam semesta merupakan anggota sistem bintang jamak, 1 termasuk sistem bintang ganda.

Pengamatan bintang ganda diperlukan untuk mendapatkan informasi karakter dan kondisi 24 fisik bintang, yang diperlukan untuk membangun narasi saintifik terkait evolusi bintang.

Perkembangan studi astrofisika dari pengamatan bintang ganda pada awal abad ke-20, mendorong pendirian Observatorium Bosscha untuk mengamati bintang di wilayah langit utara dan selatan.

Lensa teleskop Zeiss mampu memisahkan dua bintang yang berjarak 0,2 detik busur di langit. Hal itu sama seperti melihat kedua mata seseorang yang sedang berada di kota Sukabumi (77 km dari Lembang) secara jelas dan terpisah.

Kubah

Bobot: 56 ton

Diameter: 15 m

Lebar celah: 3m

Teleskop Visual

Rasio fokus: f/17, 8

Diameter: 60 cm

Panjang fokus: 1.072 cm

Teleskop fotografik

Rasio fokus: f/17,9

Diameter: 60 cm

Panjang fokus: 1.078 cm

Tabung Teleskop:

Bobot: 17 ton

Diameter: 1,66 m

Panjang: 11 m

Teleskop ini digunakan untuk berbagai penelitian, termasuk pengamatan planet, bintang ganda, dan objek langit lainnya. Observatorium ini juga menjadi pusat pendidikan dan penelitian astronomi di Indonesia.

Fungsi Observatorium Bosscha

Sejak Universitas Indonesia mendirikan jurusan astronomi pada tahun 1951, yang kemudian dilanjutkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) setelah kemerdekaan, Observatorium Bosscha berfungsi sebagai laboratorium penelitian untuk mahasiswa astronomi.

Mahasiswa dapat belajar langsung tentang cara kerja teleskop, metode observasi, dan analisis data astronomi di sini. Selain itu, observatorium ini juga memberikan kontribusi besar dalam penentuan waktu berbasis posisi benda langit, yang berperan penting dalam navigasi dan penentuan kalender.

Observatorium Bosscha bukan hanya pusat penelitian, tetapi juga menjadi destinasi wisata ilmiah bagi masyarakat umum. Setiap tahunnya, ribuan pengunjung, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum, datang untuk melihat langsung bagaimana pengamatan astronomi dilakukan.

Observatorium ini menawarkan program kunjungan edukatif, di mana pengunjung dapat belajar tentang tata surya, galaksi, bintang-bintang, serta melihat berbagai teleskop yang digunakan untuk observasi.

Namun, tantangan besar yang dihadapi Observatorium Bosscha adalah polusi cahaya yang semakin meningkat akibat perkembangan urbanisasi di sekitar Bandung dan Lembang. Polusi cahaya mengganggu pengamatan astronomi karena langit malam yang cerah menjadi berkurang akibat lampu-lampu kota.

Sebagai solusi sementara, observatorium kini memperbanyak kolaborasi dengan observatorium lain di lokasi yang lebih terpencil untuk melakukan penelitian yang membutuhkan kualitas langit yang lebih baik.

Selain teleskop Zeiss, Observatorium Bosscha juga memiliki beberapa teleskop lainnya, seperti teleskop Schmidt, teleskop Bamberg, dan teleskop Surya.

Masing-masing teleskop ini memiliki fungsi spesifik dan digunakan untuk berbagai jenis penelitian astronomi. Misalnya, teleskop Schmidt digunakan untuk survei langit secara luas, sementara teleskop Surya dikhususkan untuk pengamatan matahari.

Kontribusi Observatorium Bosscha dalam penelitian astronomi Indonesia tak dapat dilepaskan dari partisipasinya dalam berbagai proyek internasional. Observatorium ini turut serta dalam program-program global, seperti pemetaan bintang dan pengamatan transit planet.

Selain itu, Bosscha juga berperan dalam mengamati fenomena langit seperti gerhana matahari total, hujan meteor, dan transit planet di depan matahari, yang sering menjadi fokus penelitian astronomi dunia.

Keberadaan Observatorium Bosscha juga mendorong lahirnya komunitas-komunitas astronomi di Indonesia. Banyak pecinta astronomi, baik profesional maupun amatir, yang menjadikan Bosscha sebagai inspirasi untuk mempelajari langit dan benda-benda angkasa.

Beberapa komunitas ini juga mengadakan kegiatan rutin, seperti malam pengamatan bintang, untuk berbagi pengetahuan dengan publik yang lebih luas. Observatorium ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang kuat.

Gedung dan beberapa teleskopnya telah dinyatakan sebagai cagar budaya nasional, yang melindungi dan menjaga keberlanjutannya sebagai situs bersejarah. Sebagai warisan ilmu pengetahuan di Indonesia, Observatorium Bosscha adalah simbol kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sejak zaman kolonial hingga era modern.

Dengan usianya yang lebih dari seabad, Observatorium Bosscha tetap berdiri sebagai pusat astronomi penting di Indonesia dan Asia Tenggara.

Tantangan dan perkembangan zaman mungkin akan terus berubah, tetapi peran Bosscha dalam pendidikan, penelitian, dan popularisasi ilmu astronomi di Indonesia tetap menjadi hal yang tak tergantikan.