
Gambar: Bendungan Tiga Ngarai di China yang diambil oleh para astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada bulan April 2009 (NASA)
Jakarta, tvrijakartanews - Bendungan Tiga Ngarai Cina merupakan bendungan hidroelektrik terbesar di dunia. Bendungan ini terletak di provinsi Hubei, Tiongkok bagian tengah, membentang di atas sungai terpanjang di Eurasia, Sungai Yangtze. Bendungan tersebut memanfaatkan aliran air dari tiga ngarai di dekatnya yakni Qutangxia, Wuxia, dan Xilingxia untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik.
Beberapa pihak mengklaim bendungan ini dapat memengaruhi putaran Bumi. Klaim tersebut tampaknya berasal dari postingan NASA tahun 2005 yang meneliti bagaimana gempa bumi dan tsunami dahsyat Samudra Hindia tahun 2004 memengaruhi rotasi Bumi.
Ia menjelaskan bagaimana perubahan distribusi massa di Bumi dapat memiliki pengaruh yang sangat kecil pada momen inersia planet. Sebuah konsep dalam fisika yang menggambarkan betapa sulitnya memutar sebuah objek di sekitar sumbu tertentu. Fenomena ini sama dengan yang menjelaskan bagaimana seorang pemain seluncur es dapat meningkatkan kecepatan putarannya dengan mendekatkan lengannya ke tubuh.
Demikian pula, putaran Bumi dapat terpengaruh setelah gempa bumi karena gerakan lempeng tektonik. Ilmuwan NASA menunjukkan bahwa inilah yang terjadi pada tahun 2004 setelah gempa bumi di Samudra Hindia. Dengan menggoyangkan struktur seismik planet ini, gempa bumi mengubah distribusi massanya dan mengurangi panjang hari hingga 2,68 mikrodetik.
Secara teori, pergeseran air yang besar dapat menyebabkan hal yang sama. Dalam tulisan tahun 2005, Dr. Benjamin Fong Chao, seorang ahli geofisika di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, menjelaskan bahwa bendungan raksasa China mampu menampung 40 kilometer kubik (10 triliun galon) air.
Menurut perhitungannya, pergeseran massa ini akan menambah panjang hari sebanyak 0,06 mikrodetik dan menggeser posisi kutub Bumi sekitar 2 sentimeter (0,8 inci). Tidak seberapa, bahkan jika dibandingkan dengan dampak marjinal gempa bumi raksasa, tetapi cukup signifikan untuk bangunan buatan manusia.
Manusia juga memengaruhi rotasi Bumi dengan berbagai cara. Efek serupa saat ini disebabkan oleh perubahan iklim dan dampaknya pada distribusi massa Bumi . Saat suhu meningkat, lapisan es kutub mencair dan permukaan laut tropis naik, yang menyebabkan lebih banyak massa berkumpul di ekuator planet ini daripada di kutubnya. Pada gilirannya, kita akan mengalami putaran Bumi yang lebih lambat dan hari-hari yang sedikit lebih panjang.
Dampaknya dapat diabaikan dalam persepsi sehari-hari tentang kehidupan di planet Bumi, tetapi dapat menyebabkan kebingungan bagi perangkat pencatat waktu yang sangat akurat seperti jam atom. Masalah yang terjadi telah menyebabkan beberapa ilmuwan berpendapat bahwa dunia perlu memperhitungkan detik kabisat negatif, yaitu, satu menit dengan hanya 59 detik, dalam dekade berikutnya.

