Dharma-Kun Berkomitmen untuk Kembalikan Nilai Pancasila di Jakarta
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Dharma-Kun Berkomitmen untuk Kembalikan Nilai Pancasila di Jakarta. Foto : Achmad Basofi

Jakarta, tvrijakartanews - Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana mengajak seluruh warga Jakarta untuk mendoakan mereka dalam perjuangan mengembalikan nilai-nilai Pancasila di Jakarta.

Ia menekankan pentingnya menjaga hati agar tidak terpengaruh ketamakan yang bisa menghancurkan masyarakat.

"Saya mohon semua warga Jakarta, mohon doakan kami berdua, jaga kami dengan doa, agar hati kami tidak terpercik sama sekali dengan ketamakan yang akan menghancurkan warga Jakarta," kata Dharma di Posko Pemenangan, Kemayoran, Jakarta Pusat. Rabu (25/9/2024).

Dalam pernyataannya, ia mengatakan bahwa pancasila telah kehilangan esensinya dan hanya dijadikan slogan.

Maka dari itu dengan mereka sebagai calon gubernur dan wakil gubernur (Cagub-cawagub) Jakarta, mereka ingin memperjuangkan kembali nilai-nilai pancasila agar seluruh masyarakat Jakarta dapat merasakan fungsi nilai pancasila.

Jadi, nilai-nilai pancasila bukan hanya sekedar dasar negara atau ideologi yang diciptakan untuk melambangkan makna dalam sebuah negara.

"Kita sudah kehilangan Pancasila selama ini, Pancasila hanya dijadikan slogan dan jualan semata, Tetapi isinya bukan lagi Pancasila. Oleh sebab itu ini adalah momen yang bersejarah," kata Dharma.

"Kita sedang memperjuangkan kembalinya nilai-nilai Pancasila yang harus dibumikan kembali di bumi Nusantara ini," sambungnya.

Dharma juga mengatakan, momen ini dianggap historis untuk membangun kembali adab yang mulai memudar, demi keadilan sosial bagi seluruh warga Jakarta.

"Itulah kenapa selama ini yang kami sampaikan adalah kembalikan adab, karena adab hampir hilang di bangsa ini sehingga rakyat merasa diperlakukan tidak adil karena sikap manusia yang hatinya sudah kehilangan adab," kata Dharma.

Dharma pun berkomitmen untuk berdiri di tengah masyarakat, menolak pengaruh negatif yang dapat merusak prinsip-prinsip kemanusiaan.

"Artinya kami berada di tengah-tengah rakyat yang tidak akan bisa ditarik ke kanan atau ke kiri, yang akan membahayakan adab. Karena ketamakan itu bisa membuat kita tidak lagi berjalan di tengah," tambahnya.