Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Wali kota Quito, Pabel Munoz, mengumumkan keadaan darurat di ibu kota Ekuador pada hari Rabu 25 September akibat kebakaran yang melanda wilayah tersebut karena kekeringan. Munoz mengatakan keputusan itu diambil bersama dengan Komite Darurat Metropolitan (COE) dan bahwa kapasitas ibu kota tidak terlampaui meskipun kebakaran hebat terjadi.
"Laporan hukum teknis telah merekomendasikan kepada Komite Operasi Darurat (COE) Metropolitan agar Distrik Metropolitan Quito dinyatakan dalam keadaan darurat. Kami telah menerima rekomendasi tersebut dan COE Metropolitan, yang diketuai oleh wali kota Quito, baru saja menyatakan keadaan darurat di tingkat metropolitan, di ibu kota ini, Distrik Metropolitan Quito," kata Munoz dikutip dari reuters (26/9).
Sebelumnya di kawasan Bellavista, Barrio Bolanos, dan Guapulo, beberapa kawasan yang paling parah dilanda kebakaran hutan besar yang terjadi pada hari Selasa 24 September. Penduduk kehilangan rumah, harta benda, dan ternak mereka. Menurut media lokal, lebih dari 100 keluarga dievakuasi.
Warga setempat yang terkena dampak kebakaran hutan besar-besaran dan brigade pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan api di Quito pada hari Rabu. Menurut Munoz, kebakaran hutan telah melanda 2.000 hektar (4.942 hektar) di Quito sejak Juni 2024.
"Kapasitas Distrik Metropolitan Quito belum terlampaui, tetapi penerapan status darurat penting dilakukan, karena sudah ada preseden peringatan merah yang diumumkan oleh pemerintah nasional untuk beberapa provinsi (akibat kekeringan)," ungkapnya.
Kekeringan terburuk di Ekuador dalam lebih dari 60 tahun telah menjerumuskan negara yang bergantung pada tenaga air itu ke dalam krisis energi karena berkurangnya waduk membuat bendungan hidroelektrik tidak dapat berfungsi.
Lebih lanjut, menteri energi negara itu mengumumkan pemadaman listrik nasional selama 12 jam pada hari Senin 23 September dan mengatakan musim kemarau di negara itu dimulai dua bulan lebih awal.