Ilustrasi rupiah. (Freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah tergelincir 63 poin atau 0,42 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah disebabkan dolar menguat setelah reli tertajam sejak awal Juni.
Dikutip data Bloomberg, rupiah anjlok 63 poin atau 0,42 persen menjadi Rp15.165 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah melemah 66 poin atau 0,43 persen menjadi Rp15.160 per dolar AS.
"Saat ini para pedagang menanti pidato dari para pembuat kebijakan utama Federal Reserve, di kemudian hari untuk mendapatkan petunjuk tentang laju penurunan suku bunga," kata Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Ibrahim mengatakan meskipun tidak ada katalis yang jelas untuk pemulihan tersebut, para investor tampaknya memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang seberapa agresif penurunan suku bunga AS di masa mendatang, dengan pembicara Fed minggu ini tidak menyampaikan pandangan yang seragam tentang jalan ke depan.
Menurutnya, data klaim pengangguran AS mingguan akan diteliti dengan saksama pada Kamis malam, mengingat fokus Fed yang beralih ke ketenagakerjaan daripada inflasi.
"Para pedagang masih mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin kedua yang sangat besar pada pertemuan Fed berikutnya di bulan November, tetapi peluangnya turun menjadi 57,4 persen dari 58,2 persen sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group," ujarnya.
Kamis malam, Ketua Fed Jerome Powell memberikan pidato yang direkam sebelumnya di sebuah konferensi di New York, di mana Presiden Fed New York John Williams juga berpidato. Presiden Fed Boston Susan Collins dan Gubernur Fed Michelle Bowman dan Lisa Cook juga naik podium di berbagai tempat lainnya.
Pada hari Rabu, Gubernur Fed Adriana Kugler mengatakan bahwa dia "sangat mendukung" keputusan untuk memangkas suku bunga setengah poin awal bulan ini untuk memulai siklus pelonggaran, tetapi tidak berbicara tentang preferensinya untuk laju penurunan dari sini.
Awal minggu ini, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan para pembuat kebijakan "tidak boleh tertinggal" jika ekonomi ingin mengalami soft landing. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bank sentral tidak perlu melakukan "serangan gila-gilaan" untuk menurunkan suku bunga.
Dari dalam negeri, Ibrahim memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan berada di level 5,2 persen pada tahun ini dan berada di level 5,3 persen pada tahun 2025.
"Pertumbuhan ini akan didorong oleh kebijakan fiscal yang strategis dan tepat sasaran, serta pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan di tingkat global," ungkapnya.
Selain itu, Ibrahim menjelaskan pemerintahan baru Prabowo-Gibran nantinya dapat menerapkan kebijakan fiskal yang berdampak besar, di antaranya berfokus pada infrastruktur, hilirisasi, dan sektor teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
"Selama ini pertumbuhan positif perekonomian nasional masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB)," tambahnya.
Namun, para ekonom optimis Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan yang belum dimanfaatkan melalui investasi bernilai tambah dan kebijakan fiskal strategis yang mendorong produktivitas dan ekspansi ekonomi.
Dari sisi eksternal, aliran investasi asing langsung (FDI) yang stabil dan surplus perdagangan yang kuat sejak tahun 2020 akan semakin mendorong pertumbuhan dan memperluas basis ekonomi.
Komitmen yang kuat terhadap kebijakan fiskal, pasar finansial yang mendalam, dan reformasi struktural. Maka akan berdampak terhadap menguatnya nilai tukar rupiah ke depan didukung oleh capital flow (dana asing masuk) ke Indonesia, Fed Fund Rate (FFR) yang menurun, serta balance sheet (neraca keuangan) yang baik dan terjaga di dalam negeri.