
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Sampah organik menjadi penyelamat bagi para peternak di tengah krisis air di Chili. Organisasi nirlaba Foundation Realim (Yayasan Pemberian Makanan Kembali) memanfaatkan sampah makanan dari pasar Santiago dan menggunakannya kembali sebagai pakan ternak. Hal ini mendukung keluarga yang mata pencahariannya bergantung pada hewan-hewan yang telah terkena dampak kekeringan.
Presiden yayasan tersebut, Cristobal Merino, mengatakan mereka telah berhasil mengubah lebih dari 800 ton sampah organik menjadi pakan ternak. Didukung oleh jaringan yang terdiri dari 600 relawan, yayasan tersebut mengumpulkan sekitar 10 ton sampah pasar makanan setiap minggu.
"Rata-rata, kami mengumpulkan 10 ton surplus organik, yang dikirim ke berbagai daerah yang mengalami kelangkaan air atau kekeringan dalam kasus ini, dan ini adalah keluarga yang mata pencahariannya bergantung pada hewan. Oleh karena itu, ini memiliki dampak tiga kali lipat yang signifikan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan," kata Cristobal dikutip dari reuters (9/10).
Prakarsa tersebut merupakan bagian dari upaya untuk merangsang ekonomi sirkular, dengan limbah pasar perkotaan meningkatkan kesehatan ternak dan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga yang terkena dampak kekeringan.
“Ini sungguh bagus karena saat ini kami sedang kekurangan makanan ternak, jadi ini jatuhnya dari langit, bukan dari truk, melainkan dari langit," kata Lorenzo Diaz, seorang peternak di wilayah tersebut.
Diketahui, Chili saat ini sedang dilanda kekeringan parah yang telah menguras persediaan air selama bertahun-tahun dan mengganggu industri lokal, termasuk pertambangan, pertanian, dan pemeliharaan lebah.
Pola cuaca El Nino membawa badai bertekanan rendah dari Pasifik, yang menandakan hujan musim dingin yang lebat, mengisi kembali akuifer, dan menutupi pegunungan Andes dengan salju selama pertengahan tahun. Namun, pola cuaca La Nina yang baru, yang mengindikasikan cuaca yang lebih kering, diperkirakan akan terjadi.

