Teknologi Kesehatan Berkembang, Rumah Sakit Bicara Keterlibatan AI Dalam Diagnosa Penyakit
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Crypto Hermawan

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Mesin MRI saat ini juga sudah melibatkan AI untuk menentukan kordinat pada bagian tubuh yang salah.

Tangerang, tvrijakartanews - Perkembangan teknologi dalam dunia medis semakin berkembang selama beberapa tahun terakhir. Hanya saja hal ini juga menjadi kontroversi lantaran dikhawatirkan bisa menggantikan peran dokter ataupun perawat yang sesungguhnya. Keterlibatan Artificial Intelligence (AI) dalam mendiagnosis suatu penyakit dianggap menggeser fungsi dan tugas dokter.

Menyikapi hal tersebut, Presiden Director Mandaya Hospital Group, dr. Benedictus Widaja mengungkapkan bahwa peran AI justru membantu diagnosis penyakit menjadi lebih cepat dan tepat. Pada diagnosis tumor dan kanker misalnya, pada hasil CT Scan atau MRI akan ditunjukan bagian tubuh mana yang sedang dalam masalah sehingga dokter bisa langsung mengetahui titik mana yang perlu diperhatikan. Terkadang dalam beberapa kasus, lokasi tumor atau benjolan tidak terlihat pantauan kasat mata.

"Sebenarnya penggunaan teknologi di dunia kesehatan tidak perlu dikhawatirkan, karena memang itu sebenarnya dibutuhkan untuk mempercepat diagnosa pasien. Sehingga pasien bisa mendapat perawatan yang tepat dan cepat," ujar Ben, Jumat (11/10/2024)

Salah satu yang saat ini tengah dikembangkan adalah robotic surgery, atau robot operasi. Robot ini pada dasarnya membantu proses operasi lebih cepat dan presisi. Pemulihan pasien juga bisa lebih cepat karena sayatan yang lebih kecil. Mandaya Hospital sendiri memiliki robotic knee surgery, yang digunakan untuk operasi penggantian lutut, atau total knee surgery (TKR). Robot ini memungkinkan pembuatan model 3D dari sendi lutut selama operasi, tanpa perlu melakukan pemindaian CT atau MRI

"Penggunaan robot operasi contohnya, tanpa pasien harus MRI sebelumnya robot ini sudah bisa mapping model lutut dari pasien, sehingga kerja dokter jadi lebih cepat dan pasien juga tidak perlu menunggu lebih lama," ujarnya.

Selama penggunaannya sesuai dengan kebutuhan medis, penggunaan teknologi berbasis AI tentu sangat dibutuhkan di rumah sakit. Terlebih kesehatan sendiri bukan hanya soal pengobatan pasien, tapi bagaimana dokter dan tenaga kesehatan lainnya memberikan pelayanan pada setiap pasien.

"Rumah sakit justru perlu beradaptasi dengan teknologi yang makin berkembang, karena kami juga bicara soal pelayanan. Ini yang tidak akan tergantikan oleh teknologi apapun, bagaimana melayani pasien bagaimanapun kondisinya," lanjutnya.

Sementara itu, bagi penyedia alat kesehatan di Indonesia saat ini kemudahan dari perkembangan teknologi kesehatan ini belum bisa merata di wilayah Indonesia. Bukan tanpa alasan, wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan menyulitkan distribusi alat kesehatan yang biasanya berukuran besar. Bahkan, beberapa daerah hanya bisa dijangkau dengan kapal kecil.

"Jadi salah satu tantangan kita adalah pendistribusian alat tersebut. Terutama ke wilayah kepulauan, contoh di Kalimantan ada satu wilayah dimana ketika kita kirim alat ke kota besar kita harus diskusikan lagi transporasinya ke tujuan aslinya," ujar Chief Officer Marketing GEA Medical Endrajaya Tjen.

Oleh karena itu, biasanya alat tersebut hanya tersedia di rumah sakit besar. Sehingga pasien terkesan sering dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Padahal, bisa saja memang di rumah sakit tersebut belum ada alat yang mumpuni untuk menangani kondisi pasien tersebut.

"Makanya mungkin kelihatannya pasien dipindah-pindah terus, karena memang rumah sakit juga ada beberapa tipe. Saat ini tidak semua rumah sakit memiliki kapasitas untuk mengobati kondisi pasien, jadi pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, atau disebut juga Tipe A, karena alatnya lebih lengkap," ujarnya.