
Calon Gubernur Jakarta Nomor Urut 1, Ridwan Kamil alias RK saat bertemu jemaat HKBP Sopo Marpingkir. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Calon Gubernur Jakarta Nomor Urut 1, Ridwan Kamil alias RK, menceritakan kekecewaannya sebagai warga terhadap kinerja pemerintah, menjadi alasan terbesarnya terjun ke dunia politik. Sebagai arsitek dan perencana kota, Ridwan Kamil merasa bahwa solusi yang ditawarkannya demi memperbaiki kondisi kotanya tidak dihiraukan.
Cerita ini RK sampaikan saat bertemu dengan jemaat HKBP Sopo Marpingkir di Pulogadung, Jakarta Timur
"Saya awalnya tidak punya niat masuk politik. Sebagai arsitek, saya lebih suka bekerja di balik layar, membangun kota. Namun, ketika saya kembali ke Bandung setelah bertahun-tahun bekerja di luar negeri, kota yang saya cintai kotor, semrawut, banjir, dan penuh korupsi. Sebagai warga, saya marah melihat kondisi itu," ungkap Ridwan Kamil di kawasan Jakarta Timur, Jumat (11/10/2024).
Ia menceritakan bahwa sebelum terjun ke politik, dirinya sudah mencoba berkontribusi dengan mendirikan berbagai gerakan komunitas, seperti Bandung Creative City Forum dan Indonesia Berkebun untuk memberdayakan anak muda dan memanfaatkan lahan kosong. Namun, saat memberikan solusi konkret kepada pemerintah, ia malah diabaikan.
"Saya pernah mendesain kolong jembatan yang kumuh menjadi tempat yang positif untuk remaja. Tapi ketika saya presentasi ke wali kota, ide saya dicuekin, padahal saya ngasih gratis. Di situ saya merasa kalau pemerintah tidak mendengar warga, ya sudah, kotanya saya rebut saja," jelasnya.
Selain itu, Ridwan Kamil juga menceritakan peran tidak langsungnya dalam pencalonan Anies Baswedan pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Pada 2016, ia sempat diminta partai politik untuk maju mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, tawaran tersebut ia tolak karena tidak mendapat restu dari ibunya yang menginginkannya menyelesaikan tugas sebagai Wali Kota Bandung.
"Saya ditawari untuk mencalonkan diri melawan Pak Ahok. Dukungan partai dan logistik sudah siap. Tapi ibu saya tidak mengizinkan karena saya belum menyelesaikan tugas sebagai Wali Kota Bandung. Saya percaya ridho Tuhan datang dari ridho orang tua, jadi saya tolak tawaran itu," ungkapnya.
Keputusannya menolak pencalonan tersebut, menurut Ridwan Kamil, membuka jalan bagi partai-partai politik untuk mencari kandidat lain, yang akhirnya jatuh pada Anies Baswedan.
"Seminggu setelah saya menolak, partai-partai mulai mencari Pak Anies. Jadi, bisa dibilang ada peran saya dalam terpilihnya Pak Anies sebagai Gubernur DKI pada 2017," ujar dia.
"Jadi takdirnya Pak Anis Baswedan jadi gubernur itu ada rangkaian takdir-takdir orang lain yang menyertai, tidak semata-mata seperti yang kita baca," pungkasnya.

