
Foto : New Scientist (ONFOKUS.COM, SEBASTIEN COTE/Getty)
Jakarta, tvrijakartanews - Tetes hidung dengan garam ternyata dapat mempercepat pemulihan dari flu biasa. Studi terbaru mengungkap bahwa anak-anak yang diobati dengan versi buatan sendiri dari tetes ini berhenti mengalami gejala-gejala, seperti bersin dan hidung tersumbat, dua hari lebih awal daripada mereka yang tidak.
Lebih dari 200 virus dapat menyebabkan gejala seperti pilek, sehingga sulit untuk mengembangkan pengobatan umum namun efektif yang menargetkan virus tersebut. Akibatnya, sebagian besar terapi pilek hanya meredakan gejala, bukan memperpendek durasinya.
Namun, penelitian semakin menunjukkan bahwa larutan garam mungkin merupakan pengecualian. Penelitian telah menemukan bahwa orang dewasa yang menggunakan obat tetes hidung atau semprotan garam untuk mengatasi flu mengalami gejala yang berkurang, pulih lebih cepat, dan kecil kemungkinannya untuk menularkan infeksi.
Melansir New Scientist (11/10) Steve Cunningham di Universitas Edinburgh di Inggris dan rekan-rekannya telah menguji pendekatan tersebut pada anak-anak. Orang tua dari 150 anak muda yang mengalami gejala flu diminta untuk meneteskan tiga tetes larutan garam ke lubang hidung anak mereka sedikitnya empat kali sehari. Dimulai dalam waktu 48 jam sejak gejala muncul dan terus berlanjut hingga gejala tersebut hilang. Larutan berbasis air, yang dicampur sendiri oleh orang tua, mengandung 2,6 persen garam.
Kelompok terpisah yang terdiri dari 151 anak menerima perawatan flu biasa dari orang tua mereka, seperti pemberian obat bebas atau anjuran untuk beristirahat. Semua anak yang berusia di bawah 7 tahun dan gejala mereka dicatat oleh orang tua mereka. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mulai menggunakan obat tetes dalam waktu 24 jam setelah gejala muncul pulih dua hari lebih awal daripada mereka yang tidak menggunakan obat tetes sama sekali.
Anggota keluarga lainnya juga cenderung tidak mengalami gejala flu. Namun, anak-anak yang mulai menggunakan obat tetes di kemudian hari tidak lebih baik daripada mereka yang tidak menggunakannya sama sekali dan tidak cenderung tidak menularkan flu.
Cunningham yang akan menyampaikan temuannya pada pertemuan European Respiratory Society di Wina, Austria, pada tanggal 8 September mengatakan ion klorida dalam larutan garam dapat menyebabkan sel memproduksi lebih banyak zat antivirus yang disebut asam hipoklorit. Namun, hal ini mungkin perlu dimulai pada tahap awal infeksi, sebelum virus menjadi lebih kuat, katanya.
Namun William Schaffner di Vanderbilt University Medical Center di Tennessee skeptis bahwa pendekatan ini benar-benar membantu menyembuhkan infeksi virus. "Saya ingin melihat lebih banyak [bukti] untuk meyakinkan saya bahwa ini adalah efek antivirus, bukan penyembuhan gejala," katanya.
Para peneliti dapat mengobati kelompok anak-anak yang berbeda dengan tetes air biasa atau larutan garam dengan konsentrasi yang lebih rendah, kata Schaffner. Hal itu dapat memberi tahu kita apakah tetes hidung garam mempercepat pemulihan dengan menargetkan virus atau sekadar meredakan gejala dengan melembabkan selaput lendir.

