Pusaran Sampah Plastik Global Ancam Ekosistem Pulau Paskah
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: -

Foto: reuters

Jakarta, tvrijakartanews - Pulau Paskah, sebidang tanah kecil terpencil di tengah Samudra Pasifik, terjebak dalam pusaran plastik lautan. Menurut data kota dari Rapa Nui, nama lokal pulau tersebut, pulau ini menerima sekitar 50 kali lebih banyak plastik dan mikroplastik daripada pesisir Chili. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh lokasinya di pusaran Pasifik Selatan, yang membawa sampah dari Australia, Amerika Selatan, dan kapal-kapal penangkap ikan.

Moiko Pakomio, seorang ahli biologi kelautan di pemerintah setempat, mengatakan mikroplastik yang ditemukan di pantai mereka bukan milik Rapa Nui, dan menambahkan bahwa secara global sebagian besar mikroplastik berasal dari kapal penangkap ikan yang membuang limbahnya ke laut.

"Mikroplastik yang kita temukan di pesisir pantai itu bukan milik kita, kita tahu (sampah plastik) itu terurai saat terbawa arus dan terdegradasi hingga menjadi mikroplastik. Sudah terbukti bahwa sebagian besar mikroplastik berasal dari kapal penangkap ikan yang membuang sampahnya ke laut, sampah plastik mereka, dan ini berubah menjadi mikroplastik," kata Pakomio dikutip dari reuters (17/10/2024).

Ia menambahkan bahwa mikroplastik juga telah mencemari fauna lokal, termasuk bulu babi yang dimakan penduduk dan fauna laut lainnya, sehingga mencemari seluruh rantai makanan.

Pedro Edmunds, wali kota Rapa Nui, dan warga lain di pulau tersebut memimpin kampanye melawan polusi plastik. Edmunds berharap kesepakatan akan tercapai di Korea Selatan bulan depan untuk membantu mengurangi penggunaan polimer plastik.

"Mikroplastik telah tumbuh secara eksponensial dan ini mengerikan. Ini memengaruhi kehidupan kita, ini memengaruhi makanan kita, ikan biru yang hidup di lautan kita dan yang kita andalkan untuk mendapatkan protein," ujarnya.

Meskipun pulau tersebut memohon kepada dunia untuk mengurangi sampah plastik, Edmunds mengatakan mereka telah menemukan bahwa sebagian besar kontaminasi berasal dari negara mereka sendiri.

"Kami menemukan bahwa 58% plastik yang masuk ke Rapa Nui berasal dari Chili daratan. Cile-lah yang paling banyak mencemari perairan Chili dan Rapa Nui," tutur Edmunds.