
Sumber : Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Ilmuwan Argentina menemukan fosil kecebong tertua di dunia, yang diperkirakan hidup bersama dinosaurus pada periode Jurassic Tengah sekitar 161 juta tahun lalu. Ini merupakan sebuah penemuan paleontologi penting untuk memahami evolusi dari katak dan kodok.
Kondisi pengawetan fosil sangat baik, ditemukan di wilayah Patagonia selatan Argentina selama penggalian dinosaurus. Penemuan ini membuat para peneliti menyimpulkan bentuk hidup kecebong hampir tidak berubah selama 160 juta tahun terakhir.
“Kecebong ini juga menonjol karena, berkat analisis berbagai variabel morfometrik, kami menemukan bahwa itu adalah kecebong raksasa. Spesies dewasa ini berukuran panjang sekitar 15 sentimeter termasuk ekornya. Jadi, Ini bukan hanya kecebong tertua di dunia dan terawetkan dengan sangat menakjubkan, tetapi juga memberi tahu kita tentang ukuran salah satu dari sedikit spesies katak yang diketahui dari masa itu,” kata Mariana Chuliver, peneliti di kelompok konservasi regional Azara Foundation dikutip dari reuters (31/10).
Chuliver, penulis utama studi tentang kecebong yang diterbitkan pada hari Rabu di jurnal Nature, menambahkan bahwa tingkat pengawetan spesimen tersebut sangat langka, karena kecebong dengan tubuh lunaknya memiliki sedikit peluang untuk menjadi fosil.
“Ini sangat penting karena memungkinkan kita mengetahui pola makan dan gaya hidup organisme ini,” lanjutnya.
Para ilmuwan menemukan fosil yang berukuran 16 sentimeter tersebut di sebuah peternakan di provinsi Santa Cruz, sekitar 2.300 kilometer (1429,15 mil) selatan ibu kota Buenos Aires, pada Januari 2020 saat mencari sisa-sisa dinosaurus.
Pakar yang memimpin pekerjaan yang dilakukan oleh Yayasan Azara, Museum Ilmu Pengetahuan Alam, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok itu mengatakan, spesimen tersebut milik Notobatrachus degiustoi, spesies yang merupakan nenek moyang Anuran modern, kelompok yang meliputi katak, kodok, dan kodok besar.

