
Sumber : Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Setidaknya 211 orang tewas akibat banjir paling mematikan dakam sejarahyang melanda Spanyol. Puluhan orang hilang selama empat hari setelah hujan deras mengguyur wilayah timur Valencia, menyapu jembatan dan bangunan.
Para ahli meteorologi mengatakan hujan yang turun selama setahun turun dalam waktu delapan jam di beberapa wilayah Valencia pada 29 Oktober. Menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan raya dan menenggelamkan lahan pertanian di wilayah yang menghasilkan dua pertiga buah jeruk yang ditanam di Spanyol, salah satu eksportir global terkemuka.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pemerintah akan menggunakan semua cara yang diperlukan untuk membantu korban banjir bandang.
"Seluruh Spanyol menangis bersama kalian semua. Prioritas utama kami adalah membantu kalian. Pemerintah sedang bekerja, kami bekerja secara terkoordinasi untuk mewujudkannya dan kami akan menyediakan semua sarana yang diperlukan hari ini dan besok dan selama diperlukan agar kami dapat pulih dari tragedi ini. Kami tidak akan meninggalkan kalian sendirian," kata Pendro dikutip dari reuters (4/11/2024).
Warga di daerah yang paling parah terkena dampak menggambarkan melihat orang-orang memanjat ke atas atap mobil mereka saat gelombang air coklat mengalir deras melalui jalan-jalan, menumbangkan pohon-pohon dan menyeret bongkahan batu dari bangunan.
“Saya sadar bahwa tanggapan yang diberikan tidaklah cukup. Saya tahu itu. Saya tahu bahwa ada masalah dan kekurangan yang parah, bahwa masih ada layanan yang lumpuh, kota-kota yang terkubur lumpur. Orang-orang yang putus asa mencari kerabat mereka. Orang-orang yang tidak dapat mengakses rumah mereka. Rumah-rumah hancur dan terkubur lumpur. Saya tahu kita harus berbuat lebih baik,” lanjutnya.
Tragedi ini adalah bencana banjir terburuk di Eropa sejak tahun 1967 ketika sedikitnya 500 orang meninggal di Portugal.