
Sumber : Aisyah Camila Agusty /Petugas Komunikasi dan Informasi Publik Asosiasi-Kantor Regional UNESCO Jakarta
Jakarta, tvrijakartanews - Dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Tsunami Sedunia 2024, UNESCO melalui siaran pers di Jakarta mengenang dan mengajak generasi muda untuk siapsiaga menghadapi stunami di masa mendatang. Usung tema “Hari Kesadaran Tsunami Sedunia 2024: Mendidik Generasi Berikutnya tentang Kesiapsiagaan Penyelamatan Jiwa.” UNESCO menekankan pentingnya memberdayakan kaum muda, yang banyak di antaranya lahir setelah bencana 2004, dengan pemahaman mendalam tentang ilmu tsunami, tanda-tanda peringatan dini, dan langkah-langkah keselamatan yang penting.
Tanggal 5 November menandai peringatan yang sangat penting, yaitu 20 tahun sejak Tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004. Bencana ini merenggut ratusan ribu jiwa di berbagai negara. Selain itu, peringatan ini juga merayakan kemajuan dalam sistem peringatan dini tsunami yang telah berkembang pesat dan berperan penting untuk menyelamatkan nyawa.
"Kesiapsiagaan adalah alat yang dapat dibawa oleh kaum muda sepanjang hidup mereka. Dengan menanamkan kesadaran akan tsunami sejak dini, kita membangun budaya kesiapsiagaan yang akan menjadi penentu keselamatan saat terjadi krisis,” ujar Ardito Kodijat, Pejabat Profesional Nasional, UNESCO-IOC dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (5/11/2024).
UNESCO, melalui inisiatif seperti Program Tsunami United, berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan praktis agar dapat bertindak cepat dan aman jika tsunami terjadi. Upaya ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan bagi generasi yang lahir setelah tahun 2004, sehingga para pemuda lebih siap melindungi diri sendiri dan komunitas mereka.
Mengapa Kesiapsiagaan Tsunami Penting bagi Generasi Muda?
Tsunami adalah bencana yang jarang terjadi tetapi sangat menghancurkan, dan ketika terjadi, nyawa bisa hilang dalam hitungan menit. Para ilmuwan telah lama mengamati bahwa wilayah yang pernah terkena tsunami berpotensi mengalaminya kembali, terutama di daerah rawan gempa. Hal ini menjadikan edukasi sebagai faktor penting dalam mengurangi korban dan memperkuat ketangguhan komunitas.
Bagi mereka yang mengalami langsung Tsunami Samudra Hindia 2004, pengalaman dan pelajaran yang didapat, seperti mengenali tanda-tanda peringatan dini dan pentingnya mencari tempat yang lebih tinggi, telah tertanam kuat dalam ingatan mereka. Namun bagi generasi muda saat ini, yang banyak di antaranya lahir setelah atau masih terlalu kecil untuk mengingat bencana tersebut, pemahaman ini mungkin terasa jauh dan abstrak. Generasi ini mungkin tidak sepenuhnya menyadari urgensi atau langkah-langkah penyelamatan yang perlu diambil saat tsunami terjadi.

