
Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Pelaksanaan uji coba MBG di SMPN 8 Kota Tangerang, Kecamatan Jatiuwung, yang diikuti oleh 955 siswa.
Tangerang, tvrijakartanews - Persiapan pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) di Kota Tangerang terus dilakukan. Salah satunya dengan memastikan kesiapan sekolah dan penyedia makanan. Upaya lain yang disiapkan adalah memastikan keamanan pangan dan kesehatan lingkungan.
Kepala Dinas Kesehatan dr. Dini Anggraeni menuturkan, keamanan makanan dan kesehatan lingkungan menjadi salah satu prioritas dalam memastikan program MBG dapat berjalan dengan baik di Kota Tangerang. Para penyedia jasa boga atau katering pun harus memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi, untuk memastikan makanan yang dikonsumsi anak-anak bebas dari kontaminasi.
"Ke depan, kami akan terus dorong agar penyedia jasa boga atau UMKM yang bergerak di bidang makanan untuk memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi. Sehingga, keamanan pangan dan kesehatan lingkungan penyedia jasa boga tersebut terjamin dan aman disantap oleh anak-anak," ungkapnya, Rabu (13/11/2024).
Saat ini, Pemerintah Kota Tangerang terus mengupayakan agar penyedia jasa boga di Kota Tangerang memiliki sertifikat tersebut. Terlebih untuk pelaksanaan MBG nanti membutuhkan lebih dari 100 penyedia jasa boga untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Rencananya, satu sekolah akan dilayani oleh satu penyedia jasa.
"Mudah-mudahan, semakin siap ketika program MBG berjalan sepenuhnya. Kami harap, dengan program tersebut juga dapat menjadi salah satu upaya membentuk Generasi Indonesia Emas 2045," jelasnya.
Pemkot Tangerang selama melakukan monitoring selama uji coba MBG melalui proses survei secara langsung yang direkapitulasi melalui formulir daring yang telah disediakan. Bebarapa indikator yang menjadi perhatian selama proses monitoring meliputi kesesuaian menu, kesesuaian porsi, kesesuaian kandungan gizi, kesesuaian tekstur, kesesuaian waktu, sampai kebersihan dari paket menu makanan yang dibagikan.
“Kami juga memeriksa, menilai dan mencatat secara detil paket menu makanan yang dibagikan, terutama keberadaan bank sampel makanan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi bila terjadi kejadian keracunan makanan massal,” tutupnya.

