Dharma Pongrekun Kritik Kepemimpinan Sebelumnya Dalam Menghadapi Pandemi dan Krisis Ekonomi
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Dharma Pongrekun Kritik Kepemimpinan Sebelumnya Dalam Menghadapi Pandemi dan Krisis Ekonomi. Foto : Achmad Basofi

Jakarta, tvrijakartanews - Calon Gubernur (Cagub) Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, mengkritik gaya kepemimpinan sebelumnya dalam menghadapi pandemi. Menurutnya, akibat adanya pandemi tantangan ekonomi rakyat yang semakin berat.

Ia menyoroti cara pemerintah yang menurutnya lebih banyak membacakan masalah daripada mencari solusi konkret.

Dharma menilai, bahwa pemerintah sebelumnya hanya menyampaikan masalah negara dan mengharuskan rakyat tahu. Ia mengatakan, rakyat boleh diberitahu, tapi jangan membuat mereka takut. Pemimpin seharusnya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan solusi, bukan hanya memberi kecemasan.

Dharma mengkritik seperti ini, karena media yang sering menyiarkan pernyataan pesimistis, seperti proyeksi resesi.

"Jangan masalah negara, rakyat disuruh tahu. Rakyat boleh tahu sekedar, tapi jangan takut kami akan berusaha sekuat kami, itu yang harusnya dilakukan oleh seorang pemimpin," kata Dharma kepada wartawan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2024).

"Tidak seperti selama ini yang di TV. Hanya membacakan persoalan yang ada, tahun depan akan resesi," sambungnya.

Dharma pun menegaskan, bahwa sebagai pemimpin yang sudah digaji oleh rakyat dan disumpah atas nama Tuhan, mereka seharusnya menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan ketulusan.

"Lah apa kerja kalian sebagai pemimpin, kalau hanya nakut-nakutin rakyat? Kalian sudah digaji oleh rakyat, disebut pejabat kok, sudah disumpah atas nama Tuhan. Kenapa tidak menjalankan sumpahnya dengan baik? Itu yang saya lihat selama ini," tegas Dharma.

Menurutnya, banyak pejabat yang melanggar sumpah mereka, baik kepada Tuhan maupun kepada rakyat. Maka dari itu ketika pemimpin melanggar janji dan sumpah mereka, tidak jarang mereka juga melukai hati rakyat.

Jadi, ia mengimbau kepada rakyat jangan terkejut jika pemimpin malah menyakiti hati. Menurut Dharma, karena hal itu sudah menjadi kebiasaan pejabat melontarkan janji, kemudian membiarkan rakyat kecewa.

Dharma juga mengingatkan, bahwa ketika seorang pemimpin melanggar sumpah kepada Tuhan, tidak ada yang bisa dijamin bahwa mereka akan menepati janji kepada rakyat. Jika sumpah mereka kepada Tuhan saja bisa dilanggar, apalagi janji kepada rakyat.

"Saya tidak menentang. Tetapi kalau mereka melanggar sumpah, kenapa kita tidak peringatkan mereka? Sudah berapa banyak para pejabat yang melanggar sumpahnya sendiri? Apakah tidak kena azab bangsa ini? Dipimpin oleh para pejabat-pejabat yang mengatasnamakan kepedulian kepada rakyat, tetapi dia melanggar sumpahnya kepada Tuhan," tegas Dharma.

"Tuhan saja dilanggar sumpahnya, apalagi janji kepada rakyat. Jadi rakyat jangan kaget kalau sampai mereka mencederai atau melukai hati. Biasa itu ternyata," lanjutnya.

"Karena mereka sudah mendara daging hal seperti itu. Yang penting janji dulu, lu kecewa kemudian, bodoh amat," tambah Dharma.

Kritikan tajam ini, menurut Dharma, adalah bentuk dari kecintaan terhadap bangsa dan harapan agar pemimpin lebih bertanggung jawab dalam menjalankan amanah yang diberikan.