
Pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Jakarta Nomor Urut 1, Ridwan Kamil alias RK dan Suswono (RIDO) di debat ketiga Pilkada Jakarta 2024. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Calon Gubernur Jakarta Nomor Urut 1, Ridwan Kamil alias RK, menyebut mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai "gubernur paling brutal dalam penggusuran." Pernyataan ini ia sampaikan dalam debat Pilkada Jakarta 2024 yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024),
Pernyataan ini muncul saat RK merespons mengenai perencanaan tata ruang dan pemadatan kota Jakarta yang kini menjadi fokus utama dalam debat. Dalam debat itu turut hadir calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Jakarta Nomor 3, Pramono Anung dan Rano Karno yang diusung PDIP.
"Gubernur yang paling banyak menggusur adalah Pak Ahok. Itu menggusur 113 kasus penggusuran pada April 2016 menurut CNN," kata RK, menanggapi kritik terhadap kebijakan pemadatan kota yang ia tawarkan.
“Menurut JJ Rizal, gubernur paling brutal dalam penggusuran adalah Pak Ahok, dari partainya Mas Pram dan Bang Doel," sambungnya.
Sindiran RK ini mengacu pada Pramono Anung yang merupakan bagian dari partai yang sama dengan Ahok, yakni PDIP, sekaligus menunjukkan perbedaan gaya kepemimpinan antara dirinya dan rivalnya. RK mengkritik pendekatan pemadatan kota yang berpotensi menyebabkan penggusuran.
“Harus ada kombinasi antara lahan seperti yang tadi disampaikan, dengan lahan di atas pasar TOD dan lain-lain, dengan densifikasi rumah existing yang diperbolehkan. Di Tebet, misalnya, yang hanya dua lantai, bisa menjadi empat lantai dan seterusnya,” ujar RK.
Dalam kesempatan itu, RK menegaskan bahwa kebijakan yang ditawarkannya tidak akan memerlukan penggusuran besar-besaran seperti yang terjadi pada era pemerintahan Ahok.
“Itulah yang disebut dengan spesifikasi, supaya tidak terjadi lagi penggusuran,” tegasnya.
Pramono Anung, sebagai calon gubernur yang diusung oleh PDIP, tidak memberikan tanggapan langsung terkait pernyataan RK tersebut. Namun, mantan Sekretaris Kabinet itu tetap fokus pada gagasan pembangunan Jakarta yang lebih humanis.
"Saya tidak akan melakukan penggusuran. Yang saya lakukan adalah pemberdayaan, dan itu yang dibutuhkan oleh warga Jakarta," pungkas Pramono.