Dharma-Kun Tanggapi Terkait Masalah Banjir di Jakarta: Solusi Komprehensif Dibutuhkan untuk Mengelola Air Hujan. Foto : YouTube KPU Jakarta
Jakarta, tvrijakartanews - Cawagub Jakarta nomor urut 3, Rano Karno mempertanyakan terkait isu yang belakangan ini mencuat tentang pernyataan Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abiyoto tentang banjir Jakarta yang disebabkan oleh kiriman air dari daerah sekitar, seperti Bogor.
"Bagaimana pandangan Mas Dharma yang sempat menyatakan bahwa banjir di Jakarta karena kiriman dari Bogor, mengapa wilayah dataran tinggi tidak mampu menahan air hujan sehingga Jakarta terkena imbasnya? Apakah karena ekosistem di Jakarta sudah rusak mungkin bisa dijelaskan?" tanya Rano kepada Dharma dalam debat ketiga, Minggu (17/11/2024) malam.
Terkait itu, Dharma menegaskan, bahwa banjir di Jakarta bukanlah masalah baru dan sudah berlangsung sejak bertahun-tahun, bahkan berganti-ganti gubernur, namun masalah ini tetap ada. Ia menilai, ada yang salah.
"Masalah banjir adalah masalah yang klasik , dari tahun ke tahun ganti gubernur tetap menjadi masalah, berarti ada yang salah," kata Dharma tanggapi pertanyaan Rano.
Menurutnya, selama ini penanganan banjir di Jakarta hanya terfokus pada aspek hilir, yakni menangani banjir setelah air turun ke Jakarta. Padahal, Jakarta merupakan wilayah cekungan yang 40 persen dari total permukaannya berada di bawah permukaan air laut, sehingga rawan terjadinya genangan.
"Kenapa? Karena selama ini kita hanya menyesuaikan hanya di hilir, kita tahu bahwa Jakarta adalah daerah cekungan yang 40 persen itu berada di (bawah) permukaan air, Sehingga perlu penanganan yang komprehensif dimulai dari Citarum sampai dijadikan taman hutan kembali supaya penyerapan air maksimal," jelas Dharma.
Dharma menambahkan, solusi yang komprehensif harus dimulai dari hulu, seperti mengelola sungai Citarum dan memulihkan kembali hutan di sekitarnya untuk meningkatkan daya serap air.
Ia juga mengusulkan pembuatan kolam penampung air, seperti 'Kolam Pipi Monyet' yang dapat menyimpan air hujan untuk dimanfaatkan pada saat dibutuhkan, terutama untuk kebutuhan air bersih.
Menurutnya, banjir bukanlah musibah, melainkan bagian dari upaya alam untuk mencapai keseimbangannya. Banjir juga bisa dianggap sebagai hadiah dari Tuhan kalau bisa mengelolanya dengan bijaksana.
"Lalu, kita siapkan kolam pipi monyet untuk menyimpan air yang dikirim, jangan setiap kali banjir kita menganggap bencana, setiap kali banjir kita menganggap musibah, banjir sebenarnya bukanlah musibah ketika alam sedang mencari keseimbangannya," jelas Dharma.
"Sebenarnya kalau kita menyikapi bahwa banjir ini adalah hadiah dari Tuhan maka kita memanage, mengelolanya dengan arif bijaksana," sambungnya.
"Karena ini hadiah dari Tuhan ibarat monyet menerima hadiah dari alam, dia tidak selesai habis makanannya,dia simpan di pipinya, untuk apa? Untuk dimanfaatkan pada saat dibutuhkan dan juga untuk menjadi air bersih," tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya kualitas pengelolaan air, bukan hanya kuantitasnya, karena Jakarta sangat membutuhkan kemandirian dalam hal air bersih, baik untuk konsumsi maupun kebutuhan sehari-hari.
"Jadi kami tidak selalu tidak selamanya berpikir tentang kuantitas, tetapi juga tentang kualitas, karena rakyat Jakarta saat ini sangat membutuhkan kemandirian air baik, air bersih, maupun air minum," terang Dharma.
Sementara itu, Kun Wardana Abiyoto juga menyoroti permasalahan banjir Jakarta yang semakin kompleks. Menurut Kun, selain faktor kiriman air dari wilayah sekitar, curah hujan yang tinggi di Jakarta juga berkontribusi besar terhadap banjir.
Ia mengatakan, curah hujan di Jakarta sudah cukup tinggi, sehingga setiap pihak tidak bisa hanya mengantisipasi banjir kiriman, tapi juga harus siap dengan curah hujan yang meningkat di Jakarta.
Untuk itu, Kun mengusulkan pembangunan produk-produk unggulan yang dapat mengelola air hujan secara lebih efektif, seperti infrastruktur yang dapat menampung dan mengalirkan air secara lebih baik, serta meningkatkan kualitas resapan air di permukaan tanah.
"Saat ini air hujan di Jakarta ini cukup tinggi, jadi artinya kita bukan hanya mengantisipasi banjir kiriman, karena curah hujan di Jakarta juga sudah cukup tinggi, untuk itu kita akan membangun produk-produk unggulan," tambah Kun.